Prevalensi Kasus Demam Tifoid di Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa

Rosdiana Mus, Sulfiani Sulfiani, Mutmainnah Abbas, Asni Asni, Elpira Asmin, Dylan Tamalsir, Titin Agustina

Sari


ABSTRACT

 

Typhoid fever is caused by Salmonella typhi bacteria which attacks the digestive tract. Typhoid fever is transmitted through contaminated food or drink. The aim of this research was to see the prevalence of typhoid fever and the average results of widal at Kampili health center. The research method was descriptive observation based on medical record data from January 2019-August 2020 at the Kampili Public Health Center. The results obtained 251 data on typhoid fever patients with a prevalence of 1.7%. Based on the highest month of visit in January and February 2019, 25 patients (9.96%) respectively, the lowest month was June, July and August 2020, which was 1 patient (0.39%) each, prevalence based on male 112 (44.6%) and female 139 (55.4%). Based on the highest age group at the age of 5-20 years 135 (53.8%). The results of widal examination were found to be mostly in O 1/320 reagent as much as 202 (80.4%), H 1/320 reagent as much as 91 (36.3%). AH reagent had the most negative results, 89 (35.5%) and BH reagent 1/80 as much as 106 (42.2%) and the results of widal examination in male were mostly O 1/320 reagent as much as 85 (75.9%), H  reagent 1/320 45 (40.2%). In female, the highest of O 1/320 reagent was 117 (84.2%), H  reagent 1/160 was 49 (35,3%) age 5-20 years. The prevalence rate of typhoid fever is still high and laboratory supporting examinations other than Widal titer can be carried out to support the diagnosis of typhoid fever.

 

Keywords: Typhoid, Prevalence, Salmonella

 

 

ABSTRAK

 

Demam tifoid disebabkan bakteri Salmonella typhi yang menyerang saluran pencernaan. Penularan demam tifoid melalui  makanan atau minuman yang terkontaminasi. Tujuan penelitian untuk melihat  prevalensi demam tifoid dan rata-rata hasil widal di Puskesmas Kampili.  Metode penelitian adalah Deskriptif Observasi berdasarkan data Rekam Medis Januari 2019-Agustus 2020 di Puskesmas Kampili. Hasil Penelitian didapatkan 251 data pasien demam tifoid dengan prevalensi 1,7%. Berdasarkan bulan kunjungan tertinggi pada Januari dan Februari 2019 yang masing-masing 25 pasien (9,96%), bulan terendah pada Juni, Juli dan Agustus 2020 yang masing-masing 1 pasien (0,39%). Prevalensi berdasarkan jenis kelamin laki-laki 112 (44,6%) dan perempuan 139 (55,4%) dengan kelompok usia 5-20 tahun 135 (53,8%). Hasil Pemeriksaan widal pada reagen O 1/320 sebanyak 202 (80,4%), reagen H 1/320 sebanyak 91 (36,3%), reagen AH terbanyak hasil negatif yaitu 89 (35,5%) dan reagen BH 1/80 sebanyak 106 (42,2%). Hasil pemeriksaan widal pada laki-laki terbanyak reagen O 1/320 sebanyak 85 (75,9%), reagen H  1/320 45 (40,2%) dan perempuan terbanyak reagen O 1/320 sebanyak 117 (84,2%), reagen H 1/160 sebanyak 49 (35.3%). Kesimpulan menunjukkan prevalensi demam tifoid di puskesmas Kampili lebih banyak terjadi pada perempuan di bandingkan dengan laki-laki dengan usia 5-20 tahun. Angka prevalensi kejadian demam tifoid yang masih tinggi dan pemeriksaan penunjang laboratorium selain titer widal dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis demam tifoid.

 

Kata Kunci: Demam Tifoid, Prevalensi, Salmonella


Teks Lengkap:

Download Artikel

Referensi


Aini, Z. M. (2019). Hubungan Kualitas Air Minum dan Kebiasaan Makan/Minum di Luar Rumah dengan Terjadinya Demam Tifoid pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kota Kendari. Medula, 6(3), 641–649.

Arora, P., Thorlund, K., Brenner, D. R., & Andrews, J. R. (2019). Comparative accuracy of typhoid diagnostic tools: A Bayesian latent-class network analysis. PLOS Neglected Tropical Diseases, May(8), 1–23.

Dewi, N. M. D. P., Illahi, R. K., & Lyrawati1, D. (2019). Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan Antibiotik Kloramfenikol, Seftriakson dan Sefiksim Sebagai Terapi Demam Tifoid Anak. Pharmaceutical Journal Of Indonesia, 5(1), 53–59.

Djohan, H., Pristanty, D. Z. I., Tumpuk, S., Imma, Sungkawa, F., & Budi, H. (2023). Gambaran Nilai C-Reactive Protein (CRP) Pada Pasien Demam Tifoid. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(9), 3943–3960.

Ezeigbo, Agomoh, & Asuoha-Chuks. (2015). Laboratory Diagnosis of Typhoid Fever using Widal and Blood culture Methods in Aba, Southeastern Nigeria. American Journal of Microbiological Research, 3(6), 181–183.

Habte, L., Tadesse, E., Ferede, G., & Amsalu, A. (2018). Typhoid fever: clinical presentation and associated factors in febrile patients visiting Shashemene Referral Hospital, southern Ethiopia. BMC Research Notes, 11(605), 1–6.

Hardianto, D. (2019). Telaah Metode Diagnosis Cepat Dan Pengobatan InfeksI Salmonella typhi. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 6(1), 149–158.

Hasyul, S. F. P., Puspitan, T., Nuari, D. A., Muntaqin, E. P., Wartini, E., & Eka, M. Y. (2019). Evaluasi Penggunaan Obat Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Kabupaten Garut Pada Januari-Desember 2017. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 10(2), 160–170.

Kalma. (2015). Penentuan Titer Aglutinasi O dan H Salmonella typhi dengan Uji Widal Menggunakan Reagen Tydal dan Reagen Fortress Pada Spesimen Serun Suspek Demam Tifoid. Media Analis Kesehatan, 6(2), 34–42.

Lestari, Y., G, Fi. N., & Saktiansyah, L. O. A. (2017). Analisis dampak kepadatan lalat, sanitasi lingkungan dan personal higiene terhadap kejadian demam tifoid di pemukiman uptd rumah pemotongan hewan (rph) kota kendari tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–9.

Naully, P. G., & Khairinisa, G. (2018). Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi untuk D3 Teknologi Laboratorium Medis Patricia Gita Naully (Pertama, Issue April). Stikes Achmad Yani.

Nurlaila, S., Trisnawati, E., & Selviana. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Demam Tifoid pada Pasien yang Dirawat di RSU.DR.Soedarso Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Mahasiswa Dan Peneliti Kesehatan, 2(1), 54–66.

Nurmansyah, D., & Normaidah. (2020). Reviw: Patogenesis dan Diagnosa Laboratorium Demam Tifoid. Urnal Analis Kesehatan Klinikal Sains, 8(2), 51–61.

Nuruzzaman, H., & Syahrul, F. (2016). Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid berdasarkan Kebersihan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 74–86.

Pramatasari, O. P. (2013). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1), 1–10.

Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media Litbangkes, 26(2), 99–108.

Rahmasari, V., & Lestari, K. (2018). Manajemen Terapi Demam Tifoid: Kajian Terapi Farmakologis Dan Non Farmakologis. Medicine, 6, 184–195.

Ramaningrum, G., Anggraheny, H. D., & Putri1, T. P. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 5(2), 1–8.

Ria Rahmi Rahmawati. (2020). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Binakal Kabupaten Bondowoso. Medical Technology and Public Health Journal, 4(2), 224–237.

Saputra, R. K., Majid, R., & Bahar, H. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Kebiasaan Makan Dengan Gejala Demam Thypoid Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–7.

Velina, V. R., Hanif, A. M., & Efrida. (2016). Gambaran Hasil Uji Widal Berdasarkan Lama Demam pada Pasien Suspek Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 687–691.




DOI: https://doi.org/10.33024/mahesa.v4i9.14959

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Publisher: Universitas Malahayati Lampung


Creative Commons License
Semua artikel dapat digunakan dibawah lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License


kostenlose besucherzähler
slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor