Analisis Fenomena Informed Consent: Tantangan dan Anomali bagi Dokter Muda di Jawa Timur
Sari
ABSTRACT
Clerkship who are studying at Network Hospital often deal directly with patients. Clerkships also learn to convey informed consent, which will determine the patient's willingness or refusal to perform the action. This study aims to determine clerkship' understanding of informed consent and how to convey it at the X Faculty of Medicine Network Hospital in East Java. This research method is a mixed-method sequential explanatory design. The population of this study was all clerkships who were studying at Hospital A and Hospital B using the total sampling method. The research instrument used a questionnaire on informed consent based on Permenkes No.290 Th 2008, which was validated. The data obtained were analyzed as univariate and bivariate and then combined with qualitative data based on FGD. Data will be presented in the form of tables and narrative text. It was found that the understanding of medium category informed consent was 50%, high and medium 20%, while for the delivery of informed consent in accordance with the ethical theory of the category was less than 45%, the medium category was 40%, and good was 12%. There is an anomaly where 19 respondents who are considered lacking in understanding turned out to be able to convey well. Shows that factors such as language, knowledge of disease, role models, and socio-culture are quite influential. Statistically, there is a relationship between the understanding and knowledge of clerkship in the delivery of informed consent, and overall factors such as language, educational background, knowledge of the patient's disease, and socio-culture have an important role in delivering informed consent effectively and ethically.
Keywords: Clerkship, Understanding Informed Consent, Ethics of Informed Consent, Conveying Informed Consent
ABSTRAK
Dokter muda yang sedang menempuh pendidikan di Network Hospital sering berhadapan langsung dengan pasien. Dokter muda juga belajar untuk menyampaikan informed consent, yang akan menentukan kesediaan atau penolakan pasien untuk melakukan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dokter muda tentang informed consent dan cara menyampaikannya di Rumah Sakit Jaringan X Fakultas Kedokteran di Jawa Timur. Metode penelitian ini adalah metode desain campuran dengan penjelasan berurutan. Populasi penelitian ini adalah semuanya dokter muda yang sedang menempuh pendidikan di Rumah Sakit A dan Rumah Sakit B dengan menggunakan metode total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner informed consent berdasarkan Permenkes No.290 Th 2008 yang telah divalidasi. Data yang diperoleh dianalisis menjadi univariat dan bivariat kemudian dikombinasikan dengan data kualitatif berdasarkan FGD. Penyajian data dalam bentuk tabel dan teks naratif. Ditemukan bahwa pengertian informed consent kategori medium adalah 50%, tinggi dan sedang 20%, sedangkan untuk penyampaian informed consent sesuai dengan teori etika kategori kurang dari 45%, kategori sedang adalah 40% dan baik adalah 12%. Terdapat anomali dimana diantara 19 responden yang dianggap kurang paham ternyata mampu menyampaikan dengan baik. Menunjukkan bahwa berbagai faktor seperti bahasa, pengetahuan tentang penyakit, panutan, dan sosial budaya cukup berpengaruh. secara statistik ada hubungan antara pemahaman dan pengetahuan dokter muda dalam pemberian informed consent, dan keseluruhan faktor seperti bahasa, latar belakang pendidikan, pengetahuan tentang penyakit pasien, sosial budaya memiliki peran penting dalam memberikan informed consent secara efektif dan etis.
Kata Kunci: Dokter Muda, Pengertian Informed Consent, Etika Informed Consent, Penyampaian Informed Consent.
Teks Lengkap:
Download ArtikelReferensi
Afandi, D. (2017). Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang etis. Majalah Kedokteran Andalas, 40(2), 111–121.
Ahronheim, J., Moreno, J., & Zuckerman, C. (2005). Ethics in clinical practice. Jones & Bartlett Learning.
AlMahmoud, T., Hashim, M. J., Almahmoud, R., Branicki, F., & Elzubeir, M. (2018). Informed consent learning: Needs and preferences in medical clerkship environments. PLoS One, 13(10), e0202466.
Amin, Y. (2017). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Anandita, Y., & Krianto, T. (2023). Penggunaan Bahasa Daerah Dalam Komunikasi Pendampingan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Resistan Obat. HEARTY: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 5–11.
Busro, A. (2018). Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent) Dalam Pelayanan Kesehatan. Law, Development and Justice Review, 1(1), 1–18.
Chenot, J.-F. (2009). Undergraduate medical education in Germany. GMS German Medical Science, 7.
Chima, S. C. (2013). Evaluating the quality of informed consent and contemporary clinical practices by medical doctors in South Africa: An empirical study. BMC Medical Ethics, 14, 1–17.
Grisso, T., & Appelbaum, P. S. (1998). Assessing competence to consent to treatment: A guide for physicians and other health professionals. Oxford University Press, USA.
Guwandi, J. (1994). Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent). Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Hall, D. E., Prochazka, A. V, & Fink, A. S. (2012). Informed consent for clinical treatment. Cmaj, 184(5), 533–540.
Hallock, J. L., Rios, R., & Handa, V. L. (2017). Patient satisfaction and informed consent for surgery. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 217(2), 181-e1.
Indonesia, I. D. (2002). Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia.
Irfan, I. (2018). Kedudukan Informed Consent Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien. DE LEGA LATA: Jurnal Ilmu Hukum, 3(2), 154–165.
Ivankova, N. V, Creswell, J. W., & Stick, S. L. (2006). Using mixed-methods sequential explanatory design: From theory to practice. Field Methods, 18(1), 3–20.
Jamil, J. (2022). Etika Profesi Guru. CV. Azka Pustaka.
Katz, J. (2002). The silent world of doctor and patient. Jhu Press.
Kusmaryanto, C. B. (2015). Bioetika. Jakarta: Kompas.
Lestari, R. D. (2023). Bioetika dalam Ilmu Kedokteran dan Multidisiplin Keilmuan. MAHESA: Malahayati Health Student Journal, 3(10), 3218–3224.
Millenson, M. L. (2018). Demanding medical excellence: Doctors and accountability in the information age. University of Chicago Press.
Muir, K. W., & Lee, P. P. (2009). Literacy and informed consent: a case for literacy screening in glaucoma research. Archives of Ophthalmology, 127(5), 698–699.
Pebrina, A. R., Najwan, J., & Alissa, E. (2022). Fungsi Penerapan Informed Consent sebagai Persetujuan pada Perjanjian Terapeutik. Zaaken: Journal of Civil and Business Law, 3(3), 468–486.
Puspitasari, D. E. (2018). Aspek Hukum Penanganan Tindakan Malpraktek Medik di Indonesia. Lambung Mangkurat Law Journal, 3(2), 242–261.
Rezeki Pebriana, A. (2022). Analisis Fungsi Penerapan Informed Consent Sebagai Persetujuan Pada Perjanjian Terapeutik Ditinjau Dari Hukum Perjanjian. Ilmu Hukum.
Robak, M. (2016). Practicing What We’re Taught: An Analysis of Pre-clinical and Clinical Medical Education of Compassionate Care at Harvard Medical School. Harvard University.
Stevenson, C. L. (2021). The emotive meaning of ethical terms. In Logical Empiricism at Its Peak (pp. 284–301). Routledge.
Trivel, M., Sulastri, B., Kp, S., & Listyorini, D. (2014). Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pemberian Informed Consent Sebelum Tindakan Operasi Di RSUD Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Veronica Komalawati, S. H. (2018). Kompetensi Dan Kewenangan Praktik Kedokteran: Perspektif Hukum Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum DE’JURE: Kajian Ilmiah Hukum, 3(1), 147–166.
DOI: https://doi.org/10.33024/mahesa.v4i10.15652
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Publisher: Universitas Malahayati Lampung
Semua artikel dapat digunakan dibawah lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
kostenlose besucherzähler