Factors Associated With Stunting Incidents In Toddlers Aged 24-59 Months In Cimahi City In 2022

Kamila Lia* -  Institut Kesehatan Rajawali Bandung, Indonesia
Rahmizani SD -  Fakultas Kebidanan, Institut Kesehatan Rajawali Bandung, Indonesia, Indonesia
Heriawanti Ririn -  Fakultas Kebidanan, Institut Kesehatan Rajawali Bandung, Indonesia, Indonesia

Background: Chronic hunger, recurrent illnesses, and psychological stimulation all contribute to stunting, a condition of failure to thrive in children under five. There were 167 children with stunting who had their data documented at the Citeureup Health Center. Due to the increasing nutritional requirements for children this age, toddlers between 24 and 59 months have a propensity to be undernourished, which makes kids more susceptible to illness.

Finding out what contributes to the prevalence of stunting in children between the ages of 24 and 59 in the Citeureup sub-district is our main goal.

Methods: A case-control study approach was used for this study. Simple random sampling is used in the sampling method. The sample for this study consisted of 118 toddlers, 59 of whom had stunting and 59 of whom did not. Chi-Square was utilized for bivariate data analysis, and logistic regression was employed for multivariate data.

Results: The nutritional status of the mother during pregnancy (p=0.001; OR 4.194), history of LBW (p=0.001; OR 8.195), exclusive breastfeeding (p=0.000; OR 15.750), and age at first giving complementary foods (p = 0.001; OR 4.052) were factors that significantly correlated with the incidence of stunting. Exclusive breastfeeding accounted for the majority of the variance (exp(B)=3.157; OR 23.503).

Conclusion: There is a relationship between the nutritional status of mothers during pregnancy, history of low birth weight, exclusive breastfeeding and age at first giving complementary foods to the incidence of stunting. The most dominant factor is exclusive breastfeeding.

Suggestion : It is recommended that midwives work together with cadres to further increase mothers' understanding of the importance of monitoring toddler growth and development at posyandu so that they can detect toddlers who experience failure to thrive earlier and monitor toddlers who experience growth faltering by maximizing KMS.

 

Keywords: Nutritional Status of Mother during Pregnancy, History of LBW, Exclusive Breastfeeding, Age at First Giving MPASI, Stunting

 

ABSTRAK

 

Latar Belakang: Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia balita akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial. Data balita stunting yang tecatat di Puskesmas Citeureup sebanyak 167 balita. Balita usia 24-59 bulan memiliki kecenderungan menderita status gizi kurang disebabkan asupan gizi yang diperlukan untuk anak seusia ini meningkat, yang menyebabkan anak lebih mudah sakit.

Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 di kelurahan Citeureup.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian  dengan desain case control. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 118 balita yaitu 59 kasus stunting dan 59 kontrol. Analisis data menggunakan Chi-Square untuk bivariat dan regresi logistik untuk multivariat.

Hasil: Faktor yang memiliki hubungan secara signifikan dengan kejadian stunting adalah status gizi ibu saat hamil (p= 0,001; OR 4,194) riwayat BBLR (p= 0,001; OR 8,195), pemberian ASI eksklusif (p= 0,000 ; OR 15,750)dan usia pertama pemberian MPASI (p= 0,001; OR 4,052). Variabel yang paling dominan yaitu pemberian ASI eksklusif (exp(B)=3,157 ; OR 23,503).

Simpulan: Terdapat hubungan antara status gizi ibu saat hamil, riwayat BBLR, pemberian ASI eksklusif dan usia pertama pemberian MPASI dengan kejadian stunting. Faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI eksklusif.

Saran: Bidan bekerjasama dengan kader untuk dapat lebih meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu agar dapat lebih awal mendeteksi balita yang mengalami gagal tumbuh dan pemantauan balita yang mengalami growth faltering dengan memaksimalkan KMS.

 

 

Kata Kunci : Status Gizi Ibu saat Hamil, Riwayat BBLR, ASI Eksklusif, Usia Pertama Pemberian MPASI, Stunting

  1. MPASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di desa leyangan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang. Jurnal gizi dan kesehatan 2020 jan;(12).P ISSN 1978-0346, E-ISSN: 2580-3751
  2. BKKBN. Peran bkkbn di balik gerakan penanggulangan stunting. [Online]. 2018 [cited 2018 Jan 1]; Available from: URL: https://www.bkkbn.go.id.
  3. BKKBN. Indonesia cegah stunting. [Online]. 2022 [cited 2022 Feb 17].
  4. Dahlan M S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2014.
  5. Dinas Kesehatan Jawa Barat. Profil kesehatan jabar tahun 2021. [Online]. 2021 [cited 2021 Jan 24]; Available from: URL:https://www.dinkesjabar.go.id
  6. Eko S, Rizanda M, Masrul. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja puskesmas andalas kecamatan padang timur kota padang tahun 2018. Jurnal kesehatan andalas .
  7. Fajrina N, Syaifudin. Hubungan faktor ibu dengan kejadian stunting pada balita di puskesmas piyungan kabupaten bantul. Jurnal Kesehatan unisa Yogyakarta; 2016.
  8. Fatimah C M, Suryati ,Eka O. Hubungan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di desa umbulrejo gunung kidul Jurnal keperawatan dan kesehatan 2020 oct 12 (13)2
  9. Hasmi S. Metode penelitian epidemiologi. Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media; 2016.
  10. Helmyati S. permasalahan stunting dan penanganannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2020.
  11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di indonesia untuk mencegah malnutrisi: Unit kerja koordinasi nutrisi dan penyakit metabolik; 2016.
  12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jendela data dan informasi kesehatan2020. [Online]. 2020 [cited 2020 Apr 9]; Available from URL: https://pusdatin.kemkes.go.id/
  13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia Nomor: 1995/MEN KES/SK/XII/2010. [Online]. 2010 .
  14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 2 tahun 2020 tentang standar antropometri anak. [Online]. 2020.
  15. Lisa T, Hafriani. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada balita usia 24-59 bulan. Jurnal kebidanan 2021 jan 7 (1).
  16. Marcdante K J, Kliegman R M. Nelson ilmu kesehatan anak esensial edisi 8. Jakarta: EGC; 2021.
  17. Mega P, Teti R. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita umur 24-59 bulan. jurnal ilmiah kesehatan sandi husada 2021.
  18. Munir Z, Kholisotin, Ayu M. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kasus stunting pada balita di kabupaten probolinggo.
  19. Nazir M. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia; 2017.
  20. Nurkomala, S. Praktik Pemberian MPASI Pada Anak Stunting dan Tidak Stunting 6-24 bulan.Semarang: Universitas Ponegoro; 2017
  21. Persagi. Kamus gizi pelengkap kesehatan keluarga. Jakarta: Kompas; 2009.
  22. Pemerintah Kota Cimahi. Pencegahan dan penanggulangan stunting di kota cimahi. [Online]. 2021 [cited 2021 Juli 29].
  23. Posdatin.Situasi balita pendek (stunting) diIndonesia; 2018. Diakses tanggal 20 April 2019.
  24. Simbolon D. Pencegahan stunting melalui intervensi gizi. surabaya: Media sahabat cendekia; 2019.
  25. UNICEF. Levels and trends in child malnutrition. [Online]. 2020 [cited 2020.
  26. World Health Organization. Progress on sanitation and drinking-water joint monitoring programme for water supply and sanitation. Geneva; 2014.
  27. Yuwanti, Festy M, Meity M S. Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting pada balita di kabupaten grobogan. jurnal keperawatan dan kesehatan masyarakat. 2021 marc 10(1).

MJ : Midwifery Journal

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.cense.