Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di Kabupaten Ende

Khrispina Owa, Pius Kopong Tokan, Martina Bedho

Abstract


Background: Indonesia is one of the endemic countries for soil transmitted helminths (STH) with the third highest number of children aged 1-14 years in the world after India and Nigeria, namely around 7% in 2012 and is estimated to be more than 1.5 billion people or 24% of the world's population. Infected with soil-borne worms it is estimated that more than two billion people with STH infections worldwide experience severe morbidity. These infections cause 9-135 thousand deaths per year. The prevalence of worm infections in Indonesia, especially in low socio-economic populations, is still relatively high, namely 45-65%. This group has a high risk of contracting worms because they do not maintain the cleanliness and sanitation of the environment where they live.

Purpose: To determine the factors associated with the incidence of stunting in preschool children in Ende Regency.

Method: This type of research is a mixed method design that uses non-experiment, namely analytical descriptive research with a cross sectional approach. The population in this study were children aged 12-72 months in Gheoghoma village, Ende Regency, with simple random sampling carried out randomly. The number of respondents with consideration of a representative sample was carried out within 3 months according to the inclusion criteria so that a sample of 82 respondents was obtained.

Results: Showed that the majority of mothers' knowledge of worms was in the good category, with no stunting occurring as many as 55 (69.6%) and none experienced stunting, while mothers with a poor level of knowledge as many as 24 (30.4%) did not experience stunting but also experienced stunting as many as 3 (100%). The results of the Chi-Square test showed that poor maternal knowledge regarding the causes, prevention and management of worms has an influence on stunting in children with OR 1.125 (95% CI: 0.985-1.285 p-value = 0.01 (p<0.05).

Conclusion: Factors that influence stunting are parents' low knowledge about the benefits of giving worm medicine to children. Although the worm infection in this study had little effect on the nutritional status of children, it could have an impact in the future if there is no immediate prevention and treatment.

Suggestion: For health workers to always provide support for the implementation of worm and stunting prevention programs by increasing the role of the community in implementing clean and healthy living behavior. For future researchers, they should add risk factors for stunting with different variables and a larger number of samples.

 

Keywords: Pre-School Children; Worms; Stunting.

 

Pendahuluan: Indonesia merupakan salah satu negara endemik soil transmitted helminths (STH) dengan jumlah anak usia 1-14 tahun terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Nigeria yaitu sekitar 7% di tahun 2012 dan diperkirakan lebih dari 1.5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing  yang ditularkan melalui tanah. Diperkirakan lebih dari dua miliar orang dengan infeksi STH di dunia mengalami morbiditas berat. Infeksi tersebut menyebabkan 9-135 ribu kematian per tahun.  Prevalensi infeksi cacingan di Indonesia terutama pada penduduk dengan sosio-ekonomi rendah, masih relatif tinggi yaitu sebesar 45-65%. Kelompok ini mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya.  

Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di Kabupaten Ende.

Metode: Jenis penelitian dengan rancangan mixed metode yang menggunakan non experiment yaitu penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 12-72 bulan yang berada di desa Gheoghoma Kabupaten Ende dengan pengambilan simple random sampling dilakukan secara acak. Jumlah responden dengan pertimbangan sampel yang representatif dilakukan dalam waktu 3 bulan sesuai kriteria inklusi sehingga didapatkan sampel sebanyak 82 responden.

Hasil: menunjukkan bahwa pengetahuan ibu terhadap kecacingan mayoritas berada pada kategori baik tidak terjadi stunting sebanyak 55 (69.6%) dan tidak ada yang mengalami stunting, sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 24 (30.4%) tidak mengalami stunting namun juga mengalami stunting sebanyak 3 (100%). Hasil uji Chi-Square diketahui bahwa pengetahuan ibu yang buruk mengenai penyebab, pencegahan dan penanggulangan kecacingan mempunyai pengaruh terhadap stunting pada anak dengan OR 1.125 (95% CI: 0.985-1.285 p-value = 0.01 (p<0.05).

Simpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap stunting yakni rendahnya pengetahuan orangtua tentang manfaat pemberian obat cacing pada anak. Meskipun Infeksi cacing dalam penelitian ini kurang berpengaruh terhadap status gizi pada anak, tetapi kemungkinan bisa memberi dampak di masa depan jika tidak ada pencegahan dan penanganan segera.

Saran: Bagi tenaga kesehatan agar senantiasa memberikan dukungan pelaksanaan program pencegahan kecacingan dan stunting dengan meningkatkan peran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan faktor risiko terjadinya stunting dengan variabel berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak.

 

Kata kunci: Anak Pra Sekolah; Kecacingan; Stunting.


Keywords


Anak Pra Sekolah; Kecacingan; Stunting.

Full Text:

PDF SIMILARITY

References


Angraini, W., Amin, M., Pratiwi, B. A., Febriawati, H., & Yanuarti, R. (2021). Pengetahuan ibu, akses air bersih dan diare dengan stunting di puskesmas aturan Mumpo Bengkulu Tengah. Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 8(2), 92.

Chadijah, S., Sumolang, P. P. F., & Veridiana, N. N. (2014). Hubungan Pengetahuan, Perilaku, Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Angka Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Palu. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 24 (1), 50–56.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. (2022). Profil Kesehatan Kabupaten Ende 2019. Diakses dari: https://portal1.endekab.go.id/dinas-kesehatan/

Eldrian, F., Karinda, M., Setianto, R., Dewi, B. A., & Gusmira, Y. H. (2023). Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 9(1), 80-89.

Fakhrizal, D., Hariyati, E., & Hidayat, S. (2019). Kejadian dan kebijakan pengendalian kecacingan di Kabupaten Hulu Sungai Utara Prov. Kalimantan Selatan. Jurnal Kebijakan Pembangunan, 14(1), 31-36.

Galgamuwa, L., Iddawela, D., & Dharmaratne, S. D. (2016). Factors associated with the prevalence of Ascaris lumbricoides infection among preschool children in a plantation community, Kandy District, Sri Lanka. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 47(6), 1143-1152.

Gondar, E. Prevalence and Associated Risk Factors of Intestinal Parasitic Infection among Under five Children in University of Gondar Hospital, Gondar, Northwest Ethiopia.

Kamila, A. D., Margawati, A., & Nuryanto, N. (2018). Hubungan Kecacingan Dengan Status Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar Kelas Iv Dan V Di Kelurahan Bandarharjo Semarang. Journal of Nutrition College, 7(2), 77-83.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pedoman Pengendalian Kecacingan. Diakses dari: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._15_ttg_Penanggulangan_Cacingan_.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Diakses dari: https://www.kemkes.go.id/id/profil-kesehatan-indonesia-2018.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia. (2018). Laporan Kinerja Kementerian PPN/BAPPENAS. Diakses dari: https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-publikasi/file/Lakip/2018.pdf

Lubis, R., Panggabean, M., & Yulfi, H. (2018). Pengaruh Tingkat pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap penyakit kecacingan pada Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 17(1), 39-45.

Novianty, S., Pasaribu, H. S., & Pasaribu, A. P. (2018). Faktor risiko kejadian kecacingan pada anak usia pra sekolah. Journal Of The Indonesian Medical Association, 68(2), 86-92.

Pratama, I. S., Aini, S. R., & Maharani, B. F. (2019). Implementasi gasing (gerakan anti stunting) melalui phbs dan pemeriksaan cacing. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 2(1).

Salma, W. O., & Siagian, H. J. (2022). Study Retrospektif Kejadian Stunting Pada Balita. Health Care: Jurnal Kesehatan, 11(1), 215-224.

Saputri, I. W. (2016). Analisis Spasial Faktor Lingkungan Penyakit ISPA Pneumonia Pada Balita Di Provinsi Banten Tahun 2011-2015 (Bachelor's thesis, FKIK UIN Jakarta).

Shumbej, T., Belay, T., Mekonnen, Z., Tefera, T., & Zemene, E. (2015). Soil-transmitted helminths and associated factors among pre-school children in Butajira Town, South-Central Ethiopia: a community-based cross-sectional study. PloS one, 10(8), e0136342.

Sigalingging, G., Sitopu, S. D., & Daeli, D. W. (2019). Pengetahuan tentang cacingan dan upaya pencegahan kecacingan. Jurnal Darma Agung Husada, 6(2), 96-104.

Winita, R., & Mulyati, A. H. (2012). Upaya pemberantasan kecacingan di sekolah dasar. Makara Kesehatan, 16(2), 65-71.

World Health Organization. (2012). Soil Transmitted Helminthiases: eliminating soil Transmitted Helminthiases as a public health problem in children. Diakses dari: https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789241503129

Worrell, C. M., Wiegand, R. E., Davis, S. M., Odero, K. O., Blackstock, A., Cuéllar, V. M., & Fox, L. M. (2016). A cross-sectional study of water, sanitation, and hygiene-related risk factors for soil-transmitted helminth infection in urban school-and preschool-aged children in Kibera, Nairobi. PloS one, 11(3), e0150744.

Zakiudin, A., & Shaluhiyah, Z. (2016). Perilaku kebersihan diri (personal hygiene) santri di pondok pesantren wilayah Kabupaten Brebes akan terwujud jika didukung dengan ketersediaan sarana prasarana. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia




DOI: https://doi.org/10.33024/hjk.v17i9.12810

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Holistik Jurnal Kesehatan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.