Kebersihan makanan dan hand hygiene sebagai faktor resiko demam tifoid di Bandar Jaya, Lampung

Eka Trismiyana, Leni Yulinda Agung

Abstract


Kebersihan makanan dan hand hygiene sebagai faktor resiko demam tifoid di Bandar Jaya, Lampung


Background: Typhoid fever is still a public health problem with as many as 22 million cases per year in the world and causes 216,000–600,000 deaths. Typhoid fever in Indonesia increases from year to year with an average illness of 500/100,000 populations and a mortality rate of 0.6–5%. The incidence of typhoid fever in Lampung Province in 2018 was 37,708 people, an increase compared to 2017 which was 32,896 patients. Data from the Central Lampung Health authority in 2018, typhoid fever in Public health centre reached 3,415 people. While the highest prevalence of 37 public health centre in Central Lampung was in Bandar Jaya Health Center as many as 133 people. One of the things that can trigger this disease is food and hand hygiene factors.

Purpose: Knowing of poor food hygiene and hand hygiene as risk factors for typhoid fever in Bandar Jaya, Lampung

Method: A quantitative study with a design by case control. The research subjects were patients who had a fever at Bandar Jaya Health Centre in Central Lampung, with 80 respondents divided by 2 groups; 40 respondents (cases) and 40 respondents as control. Data analysis in this study used the chi-square test.

Results: Most of the respondents never washed their hands before eating, as much as 72.5% and taking food from outside (unhygienic) 72.5%. There have not a relationship between unhygienic food and hand hygiene as a risk factor for typhoid fever in Bandar Jaya, Lampung (p-value = 0.639, OR = 1.23 14,286); hand hygiene and typhoid fever (p-value = 0.809, OR = 1.24).

Conclusion: There have not a relationship between unhygienic food and hand hygiene as a risk factor for typhoid fever. It needs to further improve health promotion about good eating habits and good hand hygiene in the community.

Keywords: Poor food hygiene; Hand hygiene; Risk factors; Typhoid fever

Pendahuluan: Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000–600.000 kematian. Demam tifoid di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan angka kematian antara 0,6–5%. Angka kejadian demam tifoid di Provinsi Lampung tahun 2018 adalah 37.708 orang, meningkat dibandingkan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 32.896 pasien. Data Dinas Kesehatan Lampung Tengah tahun 2018, demam tifoid di Puskesmas mencapai 3.415 orang. Sedangkan prevalensi tertinggi dari 37 Puskesmas di Lampung Tengah terdapat di Puskesmas Bandar Jaya sebanyak 133 orang. Salah satu hal yang dapat memicu timbulnya penyakit ini adalah dari makanan dan hand hygiene yang kurang baik.

Tujuan: Diketahui hubungan kebersihan makanan dan hand hygiene sebagai faktor resiko demam tifoid di Bandar Jaya, Lampung

Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain case control. Subjek penelitian adalah pasien demam di Puskesmas Bandar Jaya Lampung Tengah sebanyak 80 responden yang terbagi dalam 2 kelompok; 40 responden (kasus) dan 40 responden sebagai kontrol. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square.

Hasil: Sebagian besar responden tidak pernah mencuci tangan sebelum makan, sebanyak 72,5% dan jajan makanan dari luar (tidak higienis) 72,5%. Tidak ada hubungan antara makanan tidak higienis dengan kebersihan tangan sebagai faktor risiko terjadinya demam tifoid di Bandar Jaya Lampung (p-value = 0.639, OR = 1.23); kebersihan tangan dan demam tifoid (p-value = 0.809, OR = 1.24).

Simpulan: Tidak ada hubungan antara makanan yang tidak higienis dan kebersihan tangan sebagai faktor risiko terjadinya demam tifoid. Perlu lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang kebiasaan makan yang baik dan kebersihan tangan yang baik di masyarakat.

 


Keywords


Demam tifoid; Kebersihan makanan; Hand hygiene

References


Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Jakarta: TransInfo Media.

Budiyanto, M. A. K. (2010). Dasar-dasar ilmu gizi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Crump, J. A., Luby, S. P., & Mintz, E. D. (2004). The global burden of typhoid fever. Bulletin of the World Health Organization, 82, 346-353.

Dinas Kesehatan Lampung Tengah. (2018). Prevalensi Demam Tifoid. Lampung Tengah: Dinas Kesehatan Lampung Tengah.

Dinas Kesehatan Lampung Tengah. (2018). Profil Kesehatan Puskesmas Bandar Jaya. Lampung Tengah: Dinas Kesehatan Lampung Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2018). Jumlah Pasien Rawat Inap Provinsi Lampung Berdasarkan Penyakit Menular. Bandar Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.

Elisabeth Purba, I., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. (2016). Program pengendalian demam tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 26(2), 99-108.

Hadinegoro, S. R., Kadim, M., Devaera, Y., Idris, N. S., & Ambarsari, C. G. (2012). Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak. prevention of post–operative nausea and vomiting, Europian Journal of Anaesthesiology, 15, 69-79.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/menkes/sk/v/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pusat data dan informasi. Jakarta: Depkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Data dan informasi profil kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Pusdatin Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Mansjoer, A. (2001). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.

Masnawati, A. (2014). Hubungan pola makan dengan kejadian tifoid pada santri di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Jurnal Metabolisme Vol. 3 No. 2 April 2014, 3(2).

Nadyah, N. (2013). Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Insidens Penyakit Demam Tifoid Di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Jurnal Kesehatan UIN Alauddin, 7(1).

Nuruzzaman, H., & Syahrul, F. (2016). Risk Analysis of Typhoid Fever Based on Personal Hygiene and Street Food Consumption Habit at Home. Jurnal Berkala Epidemiologi,4(1), 74-86.

Rakhman, A. (2009). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian demam tifoid pada orang dewasa:: Studi kasus kontrol pada pasien rawat inap Rumah Sakit Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Timur (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Santoso, S., & Ranti, A. L. (2013). Kesehatan dan gizi.Jakarta: Rineka Cipta.

Syafrudin, T. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Zulfian, Z., & Rafie, R. (2014). Hubungan personal hygiene dengan kejadian demam tifoid pada anak yang dirawat di bangsal anak RSUD Dr H Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 1(4).




DOI: https://doi.org/10.33024/hjk.v14i3.1601

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Holistik Jurnal Kesehatan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.