HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Latar belakang : Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir <2500 gram. Bayi berat lahir rendah banyak mengalami permasalahan dalam tubuhnya dikarenakan organ tubuh yang belum berkembang secara sempurna, sehingga pada bayi berat lahir rendah ini dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi gagal nafas yang terjadi secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2016.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode analytic non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi berat lahir rendah yang dirawat di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2016. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin didapatkan sampel sebanyak 197 sampel. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil : Bayi BBLR yang mengalami asfiksia sebanyak 97 responden (62,2%), bayi BBLR yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 26 responden (18,1%). Bayi tidak BBLR (Dismatur) yang mengalami asfiksia sebanyak 59 responden (37,8%), bayi tidak BBLR (Dismatur) yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 118 responden (81,9%). Faktor- faktor yang menyebabkan bayi berat lahir rendah dengan frekuensi tertinggi dari faktor ibu yaitu ketuban pecah dini sebanyak 155 responden (51,7%), dan frekuensi terendah dari faktor janin yaitu hidramnion sebanyak 20 responden (6,7%). Hasil uji statistik chiĀ square didapat nilai P value 0,000 (P<0,05) yang artinya terdapat hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan P value = 0,000 (CI=95%). Nilai OR sebesar 7,526 yang artinya bayi berat lahir rendah memiliki risiko 8 kali terjadinya asfiksia neonatorum dibanding bayi berat lahir cukup.
Kata Kunci : Bayi berat lahir rendah, Asfiksia neonatorum.
- Abdoerrachman, M., M.B, A., & S, A. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Universitas Indonesia. Hlm 1051-1053, 1072, 1073, 1077-1079.
- Binilang, E., Madianung, A., dan Masi, G. (2013). Hubungan Bayi Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Mala Kabupaten Talaud. E-Ners, 1 (1).
- Dewi, N., Setyowireni,D.,& Surjono, A. (2005). Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Cukup Bulan. Berkala Ilmu Kedokteran, 37 (3), 144.
- Dinkes. (2014). Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung.
- Fajarwati, N., Andayani, P., & Rosida, L. (2016). Hubungan Antara Berat Badan Lahir Dan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Berkala Kedokteran, 33-39.
- Herawati, R. (2013). Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Maternity and Neonatal, 2 (2), 75-85
- Kemenkes RI. (2014). Kesehatan Keluarga.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2015.
- Manoe, V. M., & Amir, I. (2013). Gangguan Multi Fungsi Organ pada Bayi Asfiksia Berat. Sari Pediatri , 5 (2), 72-78.
- Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka. Hlm 347.
- Saputro, S. D. (2015). Hubungan Antara Berat Badan Lahir Rendah Dengan Asfiksia Neonatorum. [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
- Suyoko, E. D., Siregar, S. P., & Sumadino. (2010). Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hlm 23.