FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN

Lisa Tanzil* -  STIKes GETSEMPENA LHOKSUKON ACEH UTARA, Indonesia
Hafriani Hafriani -  STIKes Getsempena Lhoksukon, Indonesia
ABSTRACT FACTORS AFFECTING STUNTING IN CHILDREN AGE 24-59 MONTHS 

 

Background: Stunting is a description of chronic malnutrition in the period of growth and development since early life. Many factors can cause stunting in children under five, such as the characteristics of toddlers and socioeconomic characteristics. The prevalence of stunting in Indonesia is the fifth largest in the world. Basic health research data (Riskesdas) in 2013 showed the prevalence of stunting in the national scope of 37.2 percent, consisting of a stunting prevalence of 18.0 percent and very short prevalence of 19.2 percent. Stunting is considered a serious public health problem when the prevalence of stunting is in the 30-39 percent range.

Purpose: This study aims to determine the factors that cause stunting in toddlers aged 24-59 months

Methods: This study was an analytic observational study with a case control conducted in the working area of the Simpang Ulim Public Health Center, East Aceh. Samples were taken as many as 20 toddlers as a case group and 20 toddlers as a control group with a purposive sampling technique. Data analysis used the chi square test and used cross tabulation to analyze the closeness of the relationship between two variables by looking at the Odds Ratio (OR) value.

Results: The study showed that energy adequacy (OR = 9,333; CI = 2,180-39,962), protein adequacy (OR = 7000; CI = 1,739-28,174), maternal knowledge (OR = 7000; CI = 1.739-28174), maternal education (OR = 22,667; CI = 4,374-117,468), family income (OR = 13,222; CI = 2,790-62,670) was a risk factor for stunting, while other factors in this study were low birth weight (LBW) (OR = 1,588; CI (0.236-10.704), history of breastfeeding (OR = 0.474; CI (0.39-5.688) and maternal occupation (OR = 1.238; CI = 0.343-4.64) were not risk factors for stunting.

Conclusion: Lack of energy and protein intake, less knowledge of mothers, low education of mothers and low family income are risk factors for stunting in children aged 24-59 months.

Suggestion It is hoped that the Puskesmas and other related sectors can increase maternal knowledge about the nutritional needs of toddlers through nutritional counseling activities which include education on nutritional adequacy rates for children under five according to age, how to properly process food, and provide financial assistance for underprivileged families. It is hoped that mothers of toddlers can actively participate in posyandu activities so that they are more often exposed to nutritional fulfillment information for toddlers.

 

Keywords: Stunting, Risk Factor, Toddler, Simpang Ulim

 

ABSTRAK

 

Latar Belakang: Stunting merupakan penggambaran dari status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Banyak factor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti karakteristik balita maupun social ekonomi. Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia. Data Riset kesehatan  dasar  (Riskesdas)  tahun  2013 menunjukkan prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 37,2 persen, terdiri dari prevalensi pendek sebesar 18,0 persen dan sangat pendek sebesar 19,2 persen. Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat bila prevalensi stunting berada pada rentang 30-39 persen.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita usia 24-59 bulan.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan kasus kontrol yang dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Simpang Ulim, Aceh Timur. Sampel yang diambil sebanyak 20 balita sebagai kelompok kasus dan 20 balita sebagai kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi square serta menggunakan tabulasi silang untuk menganalisis keeratan hubungan antara dua variabel dengan melihat nilai Odds Ratio (OR).

Hasil: Pada penelitian menunjukkan bahwa kecukupan energy (OR=9.333; CI=2.180-39.962), kecukupan protein (OR=7000; CI=1.739-28.174), pengetahuan ibu (OR=7000; CI=1.739-28174), pendidikan ibu (OR=22.667; CI=4.374-117.468), pendapatan keluarga (OR=13.222; CI=2.790-62.670) merupakan factor resiko terjadinya stunting, sedangkan factor lainnya dalam penelitian ini yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) (OR=1.588; CI (0.236-10.704), Riwayat ASI (OR=0.474; CI (0.39-5.688) dan pekerjaan ibu (OR=1.238; CI=0.343-4.64) bukan merupakan factor resiko terjadinya stunting.

Kesimpulan: Asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan ibu yang kurang, pendidikan ibu yang rendah serta pendapatan keluarga yang rendah merupakan fakor resiko terjadinya stunting pada balita usia 24-59 bulan.

Saran Bagi pihak Puskesmas dan lintas sektoral yang terkait diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita melalui kegiatan penyuluhan gizi yang meliputi edukasi mengenai angka kecukupan gizi pada balita sesuai umur, cara mengolah makanan yang benar, serta memberikan bantuan finansial bagi keluarga yang tidak mampu. Bagi ibu balita diharapkan dapat aktif mengikuti kegiatan posyandu supaya lebih  sering terpapar dengan informasi pemenuhan nutrisi pada balita.

 

Kata kunci : Stunting, Factor Resiko, Balita, Simpang Ulim 

 

Keywords : Stunting, Factor Resiko, Balita, Simpang Ulim

  1. Anisa, Paramitha. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012 (Skripsi). Depok: FKM UI.
  2. Aini, Elsa Nur. 2018. Faktor yang mempengaruhi Stunting pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas Cepu Kabupaten Blora (Jurnal kesmas). Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. UNDIP Semarang.
  3. Miftakhul Rochmah, Amalia. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Wonosari I (Naskah Publikasi). Prodi DIV Bidan Pendidik. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘AISYIYAH Yogyakarta.
  4. Astari, L. D. A. Nasoetion, dan Dwiriani C. M. (2005).Hubungan Karakteristik Keluarga, Pola Pengasuhan, Dan Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan. Media gizi keluarga. Diakses pada 2 Agustus 2019 dari www.repository.ipb.ac.id
  5. BAPPENAS. (2011). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.http://www.4shared.com/get/ I45gBOZ/Ren can a_Aksi_Nasion al_Pan gan . Diakses 10 November 2019.
  6. Bening, S. A. Margawati dan A. Rosidi. 2016. Asupan Gizi Makro dan Mikro Sebagai Faktor Resiko Stunting Anak Usia 2-5 Tahun di Semarang. Medica Hospitalia. 4(1): 45-50
  7. Damanik, MR., Ekayanti, I.,Hariyadi, D. (2012). Analisis Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap Status Gizi Balita di Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal Gizi dan Pangan Juli 2005 (2): 69-77.
  8. Darteh E.K., Acquah E. dan Kyereme A.K. 2014. Correlates of Stunting among children in Ghana terdapat dalam jurnal BMC Public Health 2014, 14:504
  9. Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Departemen Kesehatan RI.Jakarta.
  10. Diana, Fivi. (2006). Hubungan Pola Asuh dengan status gizi anak batita di kecamatan kuranji kelurahan pasar ambacang kota padang 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (1).
  11. Hermina, Prihatini, S. (2011). Gambaran Keragaman Makanan dan Sumbangannya Terhadap Konsumsi Energi Protein Pada Anak Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes Kemenkes RI. Jurnal Badan Litbangkes, Vol.39, No 2,hal 62-73.
  12. Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
  13. Hien, NN. dan Kam, S. (2008). Nutritional Status and the Characteristics Related to Malnutrition in Children Under Five Years og Age in Nghean, Vietna. J Prev Med Public Health. 41 (4): 232-240.
  14. Kemenkes RI.(2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Pusat Data dalggrhrtn Informasi:Jakarta.
  15. Kusharisupeni. (2007).Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja grafindo Persada.
  16. Nasikhah, R dan Margawati, A. 2012. Factor resiko kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan di Kecamatan Semarang Timur. Journal of Nutrition College, 1(1).
  17. Neldawati.(2006). Hubungan Pola Pemberian Makanan pada Anak dan Karakteristik Lain dengan Status Gizi di Laboratorium Gizi Masyarakat. Puslitbang Gizi dan Makanan (P3GM) (Analisis Data Sekunder Data Balita Gizi Buruk Tahun 2005). Depok: FKM UI.
  18. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
  19. Oktarina, Z.,Sudiarti, T.(2013). Faktor Risiko Stunting Pada Balita 24-59 bulan di Sumatera.Jurnal Gizi dan Pangan,Vol 8, No.3.
  20. Retnaningsih, CH. 2011. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Kecukupan Energi Kalori dan Protein pada Balita (Usia 3-5 Tahun) di Desa Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Seri Kajian Ilmiah. Volume 14, No:2

Open Access Copyright (c) 2021 Jurnal Kebidanan Malahayati

Policies

Submissions

Other

Focus and Scope
Section Policies
Peer Review Process
Publication Frequency
Open Access Policy
Online Submissions
Author Guidelines
Copyright Notice
Privacy Statement
Author Fees
Journal Sponsorship
Journal History
Site Map
About this Publishing System
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati)