PENYAKIT RINOSINUSITIS SEBAGAI KOMPLIKASI PADA PENDERITA RINITIS ALERGI POLI KLINIK THT RSUD A. DADI TJOKRODIPO BANDAR LAMPUNG PERIODE JANUARI 2016 - DESEMBER 2017

Arti Febriyani Hutasuhut, David Ari Wibowo Simaremere

Sari


Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. Tujuan penelitian adalah mengetahui apakah rinitis alergi, lingkungan paparan asap rokok, dan memiliki hewan peliharaan adalah faktor yang berpengaruh terhadap kejadian rinosinusitis pada penderita rinitis alergi. Sampel penelitian adalah semua pasien dengan diagnosis rinitis alergi di RSUD A. Dadi Tjokrodipo yang memenuhi kriteria inklusi menggunakan teknik random sampling  yaitu sebanyak 75 pasien. Dari sampel sebanyak 75 orang pasien rinitis alergi didapat 67 orang (89,3%) positif rinosinusitis sedangkan 8 orang (10,7%) negatif. Terdapat 53 orang (70,7%) terpapar asap rokok positif memiliki rinosinusitis, sedangkan 22 orang (29,3%) tidak pernah terpapar asap rokok negatif rinosinusitis. Didapatkan 56 orang (74,7%) yang memelihara hewan peliharaan positif rinosinusitis sedangkan 19 orang (25,3%) tidak memiliki hewan peliharaan negatif rinosinusitis. Terdapat hubungan yang signifikan antara penderita rinitis alergi dengan kepemilikan hewan peliharaan terhadap faktor risiko terjadinya rinosinusitis dengan tingkat korelasi positif 0,295.

Kata Kunci


Rinitis; Gejala; Prevalensi

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


A.S Efiaty, I Nurbaiti, B Jenny, D. R, Ratna. 2007. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

AAAAI. 2013. Academy of Allergy Asthma & Immunology; condition and treatments. Di akses pada tanggal 09 Desember 2017. http://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/library/ata-glance/rhinitis.aspx

Adhika T. 2011. Hubungan perilaku merokok terhadap kekambuhan rinitis alergi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;.

Andrianto P. 1993. Penyakit telinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC;

Annesi-Maesano I, Oryszczyn MP, Neukirch F, Kauffmann F. 1997. Relationship of upper airway disease to tobacco smoking and allergic markers: a cohort study of men followed up for 5 years. In Arch Allergy Immunol ;114:193 – 201.

Assanasen P, Naclerio RM. 2008. Cold, dry air and hyper osmolar challenges in rhinitis.Di akses pada tanggal 10 Desember 2017

http://www.springerlink.com/content/p5n6q22310615512/

Azis A, Margiyati. 2007. Gambaran Umum Pasien Suspek Rinitis Alergi Berdasarkan Tes Cukit Kulit Alergen Inhalan di Poli Alergi Imunologi RSWS Makassar. Dalam: Makalah Kongres Nasional XV PERHATI KL Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia.

Babar-Craig H, Gupta Y, Lund VJ. 2010. British Rhinological Society audit of the role of antibiotics in complications of acute rhinosinusitis: a national prospective audit. Rhinology.; 48 (3) :344 – 347.

Berger W E. 2004. Allergic rhinitis in children. Pediatric Drugs Journal. ; 6(4), p 233 – 250.

Bousquet J. et al. 2008 Allergic rhinitis and its impact on Asthma (ARIA) update Allergy. 63 (Suppl. 86): 8 – 160. Di akses pada tanggal 09 Desember 2017.

http://www.unifesp.br/dmed/climed/liga/consensos/rinitealergicaeasma2008.PDF

Bousquet J, Cauwenberge P V. 2013. Allergic rhinitis and its impact on asthma (ARIA). In collaboration with the world health organisation. J Primary Care Respiratory; 11 (1) :18 – 19. Di akses pada tanggal 09 Desember 2017

http://www.thepcrj.org/journ/vol11_1/0018_0019_bousquet.pdf

Cruz AA, Naclerio RM, Proud D, Togias A. 2006. Ephithelial shedding is associated with nasal reaction to cold, dry air. J Allergy Clin Immunol; 117:1351 – 81.

David R. 2001. Perbandingan Efektifitas Antara Loratadine dan Chlorpheniramine Maleat Terhadap Kualitas Hidup Penderita Rinitis Alergi Perenial. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Donald C, David W. 1994. Nose and sinus mucosal inflammation and infection, including medical therapy, Current Review of Otolaryngology and Head and Neck Surgery; 2 : 27 – 32.

Eyigor H, Basak S. 2005. Evaluation of predisposing factors and bacteriologic agents in pediatric rhinosinusitis. Kulak Burun Bogaz Ihtis Derg.;15(3-4):49-55.

Fokkens W, Lund V, Mullol J. 2007. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps. Rhinol Suppl. (20):1 – 136.

Fokkens W, Lund V, Mullol J. 2012. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps. 50 (Suppl. 23) :17.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi kelima). Semarang: Universitas Diponegoro.

Hilger PA. 1996. Penyakit sinus paranasalis. Dalam : Boies, Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Bahasa Indonesia, alih bahasa: Carolin Wijaya, edisi 6. Jakarta EGC, : hal 240 – 259.

International Consensus Report on Diagnosis and Management of Rhinitis. International Rhinitis Management Working Group Allergy. 1994;49(Suppl. 19):1 – 34.

Morkjaroenpong V. et al. 2002. Environmental tobacco smoke exposure and nocturnal symptoms among inner-city children with asthma. J Allergy Clin Immunol ;1:147 – 153

Mullol J, et al. 2008. Allergic rhinitis and its impact on asthma update (ARIA 2008). The perspective from Spain. J Investig Allergol Clin Immunol. Vol. 18(5): 327 – 334. Di akses pada tanggal 09 Desember 2017 http://www.jiaci.org/issues/vol18issue5/2.pdf

Munawaroh S, Munasir Z, Bramantyo B, Pudjiadi A. 2008. Insidens dan karakteristik otitis media efusi pada rinitis alergi anak. Sari Pediatri.; 10(3): hal 214.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba.

Pawankar R, Canonica GW, Holgate ST, Lockey RF. 2011. Allergic rhinitis, allergic conjunctivitis, and rhinosinusitis. In : World Allergy Organization White Book On Allergy. United Kingdom: World Allergy Organization;. p 27.

Pelikan Z. 1994. Participation of allergy [ALL] and non-specific hyperreactivity [N-SH] components in rhinitis. Allergy Clin Immunol News; No 2:415

Plaut M, valentine M. 2005. Clinical practice allergic rhinitis. The New England Journal of Medicine [Internet].; 353: 1934 – 1944.

Pramono. 1999. Rinitis Alergi Perenial Sebagai Salah Satu Faktor risiko Sinusitis Maksila Kronis. Semarang: Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro.

Primartono. 2003. Hubungan faktor-faktor predisposisi dengan sinusitis maksila kronik. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Rahmawati N, Suprihati, Muyassaroh. 2011. Faktor risiko yang mempengaruhi disfungsi tuba eustachius pada penderita rinitis alergi persisten. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Rank MA, Wollan P, Kita H, Yawn BP. 2010. Acute exacerbations of chronic rhinosinusitis occur in a distinct seasonal pattern. The Journal of allergy and clinical immunology. USA: American

S Lin, D Reh, S Clipps, L Irani, A Navas. 2011. Allergic rhinitis and secondhand tobacco smoke: a population-based study [Abstract]. Am J Rhinol Allergy. 25(2):e66 – 71.: Di akses pada tanggal 13 Desember 2017

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21679502

Sarwono, J. 2009. Statistik Itu Indah. Yogyakarta : CV Andi Offset.

Spector SL. 1997. Overview of comorbid association of allergic rhinitis. J Allergy Clin Immunol; 99: S 773 – 800

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian : Lengkap, Praktis, dan Mudah Diphami. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Suprihati, Setiadi. 2010. Positive Skin Prick Test, Sinus Mucosal Eosinophil and Duration of Symptoms as Risk Factor of the Severity of Chronic Rhinosinusitis. The 14th Asian Research Symposium in Rhinology, 26 – 27 March 2010, Hochiminh City, Vietnam.

Suprihati. 1997. Patogenesis dan diagnosis sinusitis. Dalam: Herry Supardjo, Suprihati, Soewito, Med D Loew, eds. Naskah Simposium Sinusitis dan penatalaksanaannya, Semarang.

Suprihati. 2001. Comparison between 8 mg chlorpeniramine and 10 mg cetirizine once daily for treating perennial allergic rhinitis. ORLI; 34: 25 – 32.

Suprihati. 2005. The prevalence of allergic rhinitis and its relation to some risk factors among 13 – 14 year old student in semarang, Indonesia. Otolaryngologica Indonesian.; XXXV (2): 37 – 70.

Suprihati. 2011. Manajemen pilek dan alergi, pencegahan dan peningkatan kualitas hidup. Dalam Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro.

Taher YA. 2010. Allergen specific subcutaneous immunotherapy in allergic asthma : immunologic mechanism and improvement. Di akses pada tanggal 16 Desember 2017

http://www.libyanjournalofmedicine.net/index.php/ljm/article/view/5303/html_12

The Asthma Center. 2013. Pet allergy. It’s more manageable than you think [internet]. Di akses pada tanggal 16 Desember 2017 http://www.theastmacenter.org/index.php/newsletter/pet_allergy/

Togias AG. et al. 1995. Cold dry air-induced rhinitis: effect of inhalation and exhalation through the nose. J Appl Physiol; 79:467 – 471.

Utama, D.S. 2010.Hubungan antara jenis aeroallergen dengan manifestasi klinis rinitis alergika [Tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Wright A L. et al. 2012 Epidemiology of physician diagnosed allergic rhinitis in childhood. 94:895 – 901. Di akses pada tanggal 16 Desember 2017 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7971008




DOI: https://doi.org/10.33024/jikk.v7i2.2739

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

Pendidikan Dokter Universitas Malahayati Lampung


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.