HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN TINGGI PURIN TERHADAP KEKAMBUHAN GOUT ARTRITIS DI POLI KLINIK PENYAKIT DALAM RS PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI BANDA ACEH

Alfina Ansyarullah, Edy Cahyady, Zurriyani Zurriyani

Sari


.Penyakit gout merupakan penyakit degeneratif yang sangat mengganggu kualitas hidup. Jumlah pasien gout cenderung meningkat dan kebanyakan tergolong pada kelompok usia produktif. Jenis dan jumlah makanan dapat menjadi salah satu penyebab terdiagnosis gout.Konsumsi makanan tinggi purin merupakan salah satu faktor resiko terhadap kekambuhan gout artritis.Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode observasional analitik dan pendekatan secara cross sectional dengan sampel yang terdiri dari 35 responden. Teknik pemilihan sampel menggunakan total sampling dengan alat pengumpul data berupa kuesioner pola makanan tinggi purin  dan frekuensi kekambuhan nyeri. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil dari hasil penelitian didapatkan 6 orang(17,14%) yang memiliki pola makan baik dan jarang mengalami kekambuhan gout artritis. Dari 29 orang (82,9%) yang memiliki pola makan buruk, 8 responden ( 22,85%) mengalami jarang kekambuhan nyeri dan 21 responden (60,01%) sering mengalami kekambuhan. Dari hasil analisis data didapatkan nilai P value = 0,005 (α=0,05) yang berarti  Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan tinggi purin dengan kekambuhan gout artritis. Kesimpulan hasil penelitian mengindikasikan pentingnya edukasi tentang  pengaturan pola makanan tinggi purin yang baik terhadap pasien gout untuk mencegah terjadinya kekambuhan gout  artritis.

Kata Kunci


Pola Makan; Konsumsi Purin Tinggi; Kekambuhan Gout

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Cahyani, F. D., Surachmi, F.et al .(2019). Effect on The Decrease Intensity Gymnastics Rheumatic Pain. Jendral Nursing Journal, 3(2): 89– 97.

Isselbacher, Braunwald, et al.(2000) Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th edn. Jakarta: EGC.

Jaliana .(2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat Pada Usia 20-44 Tahun Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keshatan Masyarakat, 3(2):1–13.

Kaneko, K. et al. (2014). Total purine and purine base content of common foodstuffs for facilitating nutritional therapy for gout and hyperuricemia. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 37(5):709–721. doi: 10.1248/bpb.b13-00967.

Mei, C. L. et al. (2017). Chinese multidisciplinary expert consensus on the diagnosis and treatment of hyperuricemia and related diseases: Multidisciplinary expert task force on hyperuricemia and related diseases. Chinese Medical Journal, 130(20): 2473–2490. doi: 10.4103/0366-6999.216416.

Metabolism, N. A. (2012). Essence of the Revised Guideline for the Management of Hyperuricemia and Gout. 140(2):324–329.

Neogi, T. et al. (2015). 2015 Gout classification criteria : an American College of Rheumatology / European League Against Rheumatism collaborative initiative. the American College of Rheumatology and the European League Against Rheumatism, 74(208237):1789–1798. doi: 10.1136/annrheumdis-2015208237.

Oga, C. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Pola Makan Dengan Kejadian Gout Artritis Pada Lansia Di Puskesmas Tinoor Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon. Buletin Sariputra, 7 (3):31-32.

Price, A. Sylvia, Wilson, M. L. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. 6th edn. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Silvia, E. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Diet Terhadap Angka Kekambuhan Pada Penderita Artritis Gout di Poli Penyakit Dalam RSUD DR.H.Bob Bazar Skm Kalianda Lampung Selatan Tahun 2016. 25.

Songgigilan, A. M. G. dan Kundre, R. (2019). Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Penderita Gout Artritis di Puskesmas Ranotana Weru. ejournal Keperawatan (e-Kp), 7(1):1–8.

Sumariyono dan Alwi, I. (2018). Pedoman Diagnosis dan Pengelolahan Gout, Perhimpunan Rheumatologi Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

Susanti, N. M. D. (2016). Hubungan antara Pengetahuan dan Sosial Ekonomi dengan Penyakit Gout Artritis pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lawanga. 24– 32

Syarifah, N. Y. et al. (2019). Gambaran penderita penyakit asam urat di dusun karanglo sidomoyo godean sleman yogyakarta. Majalah Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat 8(2):85–90.

Tumenggung, I. (2015). Hubungan pola Makan dengan Kejadian Gout Artritis di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Blango. Health and Nutritions Journal, 1:6-9.

Widyanto, F.W.(2017). Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika Medika, 10(2):145-147. doi: 10.22219/sm.v10i2.4182.




DOI: https://doi.org/10.33024/jikk.v7i4.3285

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc4.footer##

Pendidikan Dokter Universitas Malahayati Lampung



Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.