Kualitas Hidup Balita Stunted

Sri Hendrawati, Henny Suzana Mediani, Nada Shofi Salsabila

Sari


ABSTRACT

 

The incidence of stunting in Indonesia is now a major nutritional problem. Stunted state is the beginning of the occurrence of stunting in children and allows influence also on the quality of life of children. This study aimed to see a picture of the quality of life of stunted toddlers. This research design used quantitative descriptive research. The population to be studied were all children with stunting aged 2-5 years in the Banjaran Community Health Center working area, Bandung Regency. The sampling technique used in this study was total sampling with a sample of 151 children. Assessment of the quality of life of stunted children was measured using the PedsQLTM 4.0 Generic Core Scales Proxy Parent Report instrument from Varni. Analysis of the data used in this study was univariate analysis using the mean value. The results of this study indicated that stunted children aged 2-5 years have a good quality of life of 59.6% and bad as much as 40.4%. The mean value of the whole individual respondent was 83.2 that was still poor value will be at risk of causing stunted children to become stunted. The conclusion from this study was that the average quality of life of stunted toddlers was good, but the quality of life of stunted toddlers was not necessarily good either. It was expected that parents and health workers can maintain the quality of life of these toddlers who were already good to stay good or even improve by making efforts to prevent stunting.

 

Keywords: Quality of Life, Stunted, Toddler.

 

 

ABSTRAK

 

Kejadian stunting di Indonesia kini menjadi permasalahan gizi utama. Keadaan stunted merupakan awal dari kejadian stunting pada anak dan memungkinkan berpengaruh juga terhadap kualitas hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas hidup balita yang mengalami stunted. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi yang akan diteliti adalah semua anak penderita stunting usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Banjaran Kota Kabupaten Bandung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel 151 anak. Penilaian kualitas hidup anak stunted diukur menggunakan instrumen PedsQLTM 4.0 Generic Core Scales Proxy Parent Report dari Varni. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dengan menggunakan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita stunted usia 2-5 tahun memiliki kualitas hidup baik sebanyak 59,6% dan buruk sebanyak 40,4%. Nilai mean dari keseluruhan individu responden adalah 83,2 nilai yang masih buruk ini akan berisiko menyebabkan balita stunted menjadi stunting. Simpulan dari penelitian ini adalah rata-rata kualitas hidup balita stunted baik, namun kualitas hidup balita stunting belum tentu baik juga. Diharapkan orang tua dan tenaga kesehatan dapat menjaga kualitas hidup balita yang sudah baik ini agar tetap baik atau bahkan meningkat dengan melakukan upaya penyuluhan untuk pencegahan stunting.

 

Kata Kunci: Balita, Kualitas Hidup, Stunted.


Kata Kunci


Balita, Kualitas hidup, Stunted.

Teks Lengkap:

Download Artikel

Referensi


Amaranggani, P. P. A., Santoso, S., & Djanah, N. (2018). Hubungan kejadian stunting dengan perkembangan sosial emosional anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman. Repository Poltekkes Jogja.

Andriyani, R., Setiawan, A., & Fitriyani, P. (2019). Identifying causal risk factors for stunting in children under five years of age in South Jakarta, Indonesia. Enfermería Clínica, xx, 6–11. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.093

Aryastami, N. K. (2017). Kajian kebijakan dan penanggulangan masalah gizi stunting di indonesia. Indonesian Bulletin of Health Research, 45(4), 233–240.

Astuti, S. (2018). Peningkatan pengetahuan kader posyandu dan ibu balita tentang pencegahan stunting (balita pendek) di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya, 3(1), 448–452.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat. (2018). Cegah stunting, Jabar akan gelar kampanye zero stunting 2023. http://bappeda.jabarprov.go.id/cegah-stunting-jabar-akan-gelar-kampanye-zero-stunting-2023/

Black, R. E. (2018). Causes of stunting and preventive dietary interventions in pregnancy and early childhood. Nestle Nutr Inst Workshop Ser, 89, 105–113. https://doi.org/10.1159/000486496

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dranesia, A., Wanda, D., & Hayati, H. (2019). Pressure to eat is the most determinant factor of stunting in children under 5 years of age in Kerinci region , Indonesia. Enfermería Clínica, xx. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.013

Haenecour, P., Zega, T. J., Howe, J. Y., Wallace, P., Floss, C., & Yada, T. (2017). Investigation of the nature of capping layer materials for fib-sem preparation: Implications for the study of carbonaceous material in extraterrestrial samples. Microscopy and Microanalysis, 23(S1), 1820–1821. https://doi.org/10.1017/S143192761700976X

Hanani, R., & Syauqy, A. (2016). Perbedaan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial pada anak stunting dan non stunting (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–1178.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Infodatin Pusat Data dan Informasi: Situasi Balita Pendek. https://doi.org/ISSN 2442-7659

Kementerian Kesehatan RI. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). TNP2K.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Losong, N. H. F., & Adriani, M. (2017). Perbedaan kadar hemoglobin, asupan zat besi, dan zinc pada balita stunting dan non stunting. Amerta Nutrition, 1(2), 117-123.

Maria, D. K., Kristiawan, P. A. N., & Yuni, S. R. (2019). Kolaborasi perawat dan ahli gizi di Posyandu Balita Puskesmas Jetak, Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 10(1), 123–129.

Mediani, H. S., Hendrawati, S., & Fatimah, S. (2022). Kualitas Hidup Anak dengan Retardasi Mental. Jurnal Obsesiv: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(4), 2626-2641.

Muhaimin, T. (2010). Mengukur kualitas hidup anak. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 5(2), 51-55.

Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. (2015). Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(2015), 13–19. https://doi.org/10.1109/INPAC.2014.6981136

Parekh, R., & Pillai, V. K. (2016). Stunting in India: An empirical approach to human rights-based solutions. Journal of Human Rights and Social Work, 1(4), 184–192. https://doi.org/10.1007/s41134-016-0024-x

Rafika, M., & Gz, S. (2019). Dampak stunting pada kondisi psikologis anak. Buletin Jagaddhita, 1(1).

Rahmaningrum, Z. N., & Dasuki, M. S. (2017). Hubungan antara status gizi (stunting dan tidak stunting) dengan kemampuan kognitif remaja di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Tesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Riyanto, S., Yunitawati, D., & Nur, N. (2019). Thyroid and cognitive function of elementary school children with stunting in IDD replete and non replete area. Media Gizi Mikro Indonesia, 10(2), 137–148. https://doi.org/https://doi.org/10.22435/mgmi.v10i2.1926

Sidabutar, F. M., Anandari, A. R., Ezra, C., Karli, I., Katagori, Y., & E.Wirawan, H. (2012). Gambaran kualitas hidup pasien kanker pediatrik usia sekolah. Indonesian Journal of Cancer, 6(2), 73–78.

Sumarni, S. (2017). Peran sarjana kesehaatan masyarakat dalam gerakan penyelamatan 1000 hari pertama kehidupan untuk menurunkan stunting dan angka kematian ibu. In Conference: Seminar Nasional dan Saresehan Kesehatan Masyarakat, At Surabaya, Indonesia.

Varni, J. W., Burwinkle, T. M., & Seid, M. (2005). The PedsQoL as pediatric patient-reported outcome: Reliability and validity of PedQoL in measurement model in 25.000 children. www.rand.org

Verdugo, M. A., Keith, K., & Stancliffe, R. J. (2005). Quality of life and its measurement : Important principles and guidelines. November. https://doi.org/10.1111/j.1365-2788.2005.00739.x

Villasís-keever, M. A., Dorantes-acosta, E., Villasís-keever, M. Á., Zapata-tarrés, M., Arias-gómez, J., Escamilla-núñez, A., Miranda-lora, A. L., Reyes-lópez, A., & Manuell-lee, G. (2012). Quality of life in Mexican children with acute lymphoblastic leukemia affiliated with the Seguro Popular insurance program. Boletín médico del Hospital Infantil de México, 69(3), 242-254.

Walpole, S. C., Abbara, A., Gunst, M., & Harkensee, C. (2018). Cross-sectional growth assessment of children in four refugee camps in Northern Greece. Public Health, 162, 147–152. https://doi.org/10.1016/j.puhe.2018.05.004

WHO. (1997). Measuring quality of life. World Health Organization.

Wijirahayu, A., Pranaji, D. K., & Muflikhati, I. (2016). Kelekatan ibu-anak, pertumbuhan anak, dan perkembangan sosial emosi anak usia prasekolah. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 9(3), 171–182. https://doi.org/10.24156/jikk.2016.9.3.171

World Health Organization. (2022). Stunting prevalence among children under 5 years of age (%) (JME). https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/gho-jme-stunting-prevalence

World Health Organization (WHO). (2019). Prevalence of stunting.




DOI: https://doi.org/10.33024/mnj.v5i5.8448

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Penerbit: Universitas Malahayati


 Creative Commons License

Semua artikel dapat digunakan dibawah lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor