KETAHANAN KULTIVAR BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP JAMUR Colletotrichum acutatum J. H. Simmonds PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA

Aryani Refiliya, Yulianty Yulianty, Martha Lulus Lande, Sri Wahyuningsih

Abstract


Tomat merupakan tanaman semusim seperti halnya tanaman cabe, terong dan sebagainya. Salah satu penyebab menurunnya produksibuah tomat adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichumacutatum. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui ketahanan buah tomat terhadap serangan penyakit antraknosa oleh jamur Colletotrichumacutatum. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada bulan Januari sampai dengan Februari 2020. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan buah tomat yaitu rampai, tomat bandung, tomat ceri, dan tomat biasa dengan menggunakan 6 ulangan. Parameter yang diukur yaitu diameter bercak jamur Colletotrichumacutatum, keterjadian penyakit dan keparahan penyakit antraknosa pada masing-masing buah tomat, serta jumlah konidia jamur Colletotrichumacutatum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterjadian dan keparahan penyakit yang lebih kecil terdapat padatomatbandung sedangkan jumlah konidia yang lebih sedikit terdapat pada rampai.

Keywords


Antraknosa, Colletotrichum acutatum, Tomat

References


Agrios, G.N. (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.

Aldila. (2010). Kejadian dan keparahan penyakit di kebun percobaan. http://aldila.r08.student.ipb.ac.id. Diakses pada 16 februari 2020.

AVRDC. (2004). Evaluation of phenotypic and molecular criteria for the Identification of Colletotrichum species causing pepper anthracnose in Taiwan. AVRDC Report 2003. AVRDC, Shanhua, Taiwan.

Bouizgarne, B., Bouteau, H.E.M., Frankart, C., Reboutier, D., Madiona, K.,Pennarun, A.M., Monesriez, M., Trouverre, J., and Hadrami, E.I. (2006). Early Physiological Respons of Arabidopsis Thaliana Cell to Fusaric Acid Toxic and Signalling Effects. New Phytologist. 169 : 209-218.

Eveline, T.M. Siregar dan Sanny. 2014. Studi aktivitas antioksidan pada tomat (Lycopersicon esculentum) konvensional dan organik selama penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. 5: 22-28.

Gultom, A. (2005). Keragaan 13 Genotipe Cabai (Capsicum sp.) dan Ketahanannya Terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan Oleh Colletotrichum gloeosporioides (Penz.). Departemen Agronomi dan Hortikultura.Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 41 hlm.

Lea,P. and Leegood R.C. (1999). Plant Biocemistry and moleculer Biology. 2nd ed. John Wiley& Sons Ltd. Chichester.

Tampubolon, Oswald T. (1981). Tumbuhan Obat Bagi Pecinta Alam. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Sabiro, Achmad. (2013). Mengenal Lebih Jauh Tomat. http://www.scribd.com/doc/37846069/MakalahTOMAT Diakses pada 19 september 2019.

Sastrosumarjo, S. (2003). Pembentukan varietas cabai tahan penyakit antraknosa dengan pendekatan metode convensional dan bioteknologi.Kementrian Reset dan Teknologi RI LIPI. Jakarta.

Sumaraw, SM. (1999). Periode kritis tanaman tomat terhadap serangan Allernaria solani (Ell.& G. Martin) Sor. dan faktor penentunya. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan.11 (2): 67-72.

Sticher L., Mauch Mani, B., andMetraux, J.P. (1997). Systemic Acauired Resistance. Annual Review Phytopathology. 35: 235-270.




DOI: https://doi.org/10.33024/jmm.v4i3.2918

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Jurnal Medika Malahayati



PRODI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI