Konsumsi Makanan Bergizi Dalam Pencegahan Stunting Terhadap Kadar Hemoglobin Dan LILA Pada Remaja

Jumiatun Jumiatun* -  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana bandung, Indonesia
Pujiati Setyaningsih -  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana bandung, Indonesia

Adolescent girls are one of the specific targets for interventions to accelerate the reduction of stunting in Indonesia. During this period, attention is needed for nutritional issues due to increasing nutritional needs, lifestyle changes, and eating habits. Nutritional deficiencies during this time, both quantitatively and qualitatively, can lead to metabolic disorders and the onset of diseases. Adolescence is also a crucial period for physical and cognitive development, making good nutritional intake essential for both aspects. In contrast, improper nutrition can have lifelong effects. Nutritional problems during adolescence include chronic energy deficiency and anemia. Chronic energy deficiency generally occurs because adolescents eat too little due to fear of gaining weight or being less attractive. Anemia is a micronutrient deficiency, specifically iron, in adolescent girls. Iron is necessary for the formation of red blood cells, which are converted into hemoglobin, subsequently distributed throughout the body tissues as an oxygen carrier.

This research aims to determine whether there is a relationship between the behavior of consuming nutritious foods in preventing stunting with hemoglobin levels and upper arm circumference (UAC) in adolescent girls at SMA Muhammadiyah 4 Kendal. The study involved distributing questionnaires to female students in the first and second grades to determine the variables of adolescent behavior in consuming nutritious foods for stunting prevention, while hemoglobin and UAC variables were assessed by directly measuring hemoglobin levels and the upper arm circumference of female students. This descriptive correlational study used a cross-sectional approach, with a sample size of 28 adolescent girls. Adolescent behavior variables were grouped into two categories: good behavior and less desirable behavior. Good behavior includes practicing a nutritious eating pattern, taking iron supplements, and maintaining good personal hygiene, while less desirable behavior involves unhealthy eating patterns, inadequate iron supplement intake, and poor personal hygiene. Hemoglobin level variables were categorized as normal and abnormal, while UAC variables were classified as normal if equal to or greater than 23.5 cm and abnormal if less than 23.5 cm. The analysis employed both univariate and bivariate methods. The statistical test used was the Spearman test due to the non-normal distribution of the data.

The analysis results for the behavior variable revealed that the majority of adolescent girls had good behavior. The results of hemoglobin level examinations mostly fell into the normal category, and the UAC measurements mostly showed normal values. Bivariate analysis results indicated no relationship between the consumption of nutritious foods and hemoglobin levels or UAC. This suggests that not only eating patterns influence hemoglobin levels and UAC. Low hemoglobin levels can be caused by various factors, including bleeding, insufficient iron levels in the blood, folate deficiency, vitamin B12 deficiency, worm infestations, leukemia, and chronic diseases. On the other hand, UAC measurements are less influenced by long-term nutritional deficiencies (chronic).

 

 

ABSTRAK

 

Latar Belakang: Remaja putri merupakan salah satu sasaran intervensi spesifik dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia. Pada masa ini membutuhkan perhatian dalam masalah gizi disebabkan kebutuhan gizi semakin meningkat, perubahan gaya hidup serta kebiasaan makan. Kekurangan gizi pada masa ini baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan timbulnya suatu penyakit. Masa remaja juga merupakan masa penentuan bagi perkembangan fisik dan kognitif, sehingga asupan gizi yang baik sangat penting bagi kedua aspek ini, sedangkan asupan gizi yang tidak tepat dapat memberikan efek seumur hidup. Masalah gizi yang terjadi pada masa remaja diantaranya kurang energi kronis dan anemia. Kurang energi kronis pada umumnya terjadi karena remaja makan terlalu sedikit karena takut gemuk atau kurang seksi. Anemia merupakan kekurangan mikronutrien berupa zat besi pada remaja putri. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah yang dikonversi menjadi hemoglobin, yang selanjutnya diedarkan ke seluruh jaringan tubuh sebagai pembawa oksigen.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi makanan bergizi dalam pencegahan stunting dengan kadar hemoglobin dan lingkar lengan atas (LILA) pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 4 Kendal.

Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada siswa putri kelas satu dan dua untuk mengetahui variabel perilaku remaja mengkonsumsi makanan bergizi dalam pencegahan stunting, sedangkan variabel kadar hemoglobin dan LILA dilakukan dengan cara pemeriksaan secara langsung kadar hemoglobin dan mengukur lingkar lengan bagian atas siswa putri. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel 28 remaja putri. Variabel perilaku remaja dikelompokkan menjadi dua yaitu perilaku baik dan perilaku kurang baik, perilaku baik apabila remaja melakukan praktik pola makan yang bergizi, minum tablet tambah darah dan PHBS baik, perilaku kurang baik apabila remaja melakukan praktik pola makan yang bergizi, minum tablet tambah darah dan PHBS kurang baik. Variabel kadar hemoglobin dikategorikan menjadi kategori normal dan tidak normal. Sedangkan variabel LILA dikategorikan normal apabila lebih dari atau sama dengan 23,5 cm dan tidak normal apabila LILA kurang dari 23,5 cm.  Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Uji statistiuk yang digunakan yakni uji Spearman karena data berdistribusi tidak normal. .

Hasil: Hasil analisis dari variabel perilaku diperoleh sebagian besar remaja putri dengan kategori perilaku baik, hasil pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar kategori normal, dan hasil pengukuran LILA sebagian besar dengan kategori normal. Hasil analisis bivariat diperoleh tidak ada hubungan antara perilaku konsumsi makanan bergizi dengan kadar hemoglobin dan LILA. Hal  ini  menunjukan  tidak  hanya pola  makan  yang  mempengaruhi kadar hemoglobin  dan LILA. Kurangnya kadar hemoglobin disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain terjadinya perdarahan, kurangnya kadar zat besi dalam darah, kekuarangan asam folat, kekurangan vitamin B12, kecacingan, leukimia, serta adanya penyakit kronis. Sedangkan hasil pengukuran LILA yang kurang dipengaruhi oleh kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan perilaku konsumsi makanan bergizi dengan kadar hemoglobin dan LILA.

 

Kata Kunci : Makanan, Bergizi, Hemoglobin, Lila

 

  1. AMSA-Indonesia. (2021, Maret 15). Asupan Gizi Seimbang Untuk Remaja. Retrieved from AMSA-INDONESIA: https://www.cegahstunting.com/post/asupan-gizi-seimbang-untuk-remaja
  2. BKKBN. (2021). Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Jakarta: BKKBN. B
  3. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2023, Agustus 01). Kurang Energi Kronis dan Permasalahan Gizi Remaja Wanita. https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/kurang-energi-kronis-dan-permasalahan-gizi-remaja-wanita
  4. Ersania Nidianti, dkk. (2019). Pemeriksaan Kabar Hemoglobin dengan Metode POCT sebagai Deteksi Dini Penyakit Anemai bagi Masyarakat Desa Sumerbsono. Jurnal Surya Masyarakat Vol 2 No 1, 29 - 34.
  5. Fakhriyah, dkk. (2021). Buku Ajar Kekurangan Eneergi Kronik (KEK). Yogyakarta: CV Mine.
  6. Kemenkes RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Gavi.
  7. Kemenkes RI. (2018). Laporan Akuntabilitas Kinerja 2018. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Kesenkes RI.
  8. Kemenkes RI. (2022, November 17). Remaja Bebas Anemia: Konsentrasi Belajar Meningkat, Bebas Prestasi. Retrieved from Kementerian Kesehatan RI: https://ayosehat.kemkes.go.id/remaja-bebas-anemia-konsentrasi-belajar-meningkat-bebas-prestasi
  9. Kusumawati et al. (2018). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Remaja Menggunakan Metode Sahli dan Digital (Easy Touch GCHb. Journal of Health Science and Preventio, 95 - 98.
  10. Merryana Andriani, Bambang Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenadamedia.
  11. Pritasari, Damayanti, Lestari. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Kemenkes RI.
  12. Pujiati Setyaningsih, Jumiatun. (2022). Sikap Remaja Terhadap Masalah Gizi pada Remaja di Panti Asuhan. Siklus Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 122 - 130.
  13. Purtiantini. (2023, Mei 25). Gizi Seimbang Bagi Remaja. Retrieved from Kemenkes Dirjen YanKes: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2487/gizi-seimbang-pada-remaja
  14. Tarmizi, S.N. (2022, 27 Oktober). Cegah Stunting Sejak Dini, Menkes Ajak Remaja Putri Rutin Minum TTD. Retrieved from Sehat Negeriku: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20221026/0741422/cegah-stunting-sejak-dini-menkes-ajak-remaja-putri-rutin-minum-ttd/
  15. Unicef. (2020). Situasi Anak Di Indonesia. Jakarta: Unicef.

MJ : Midwifery Journal

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.cense.