Edukasi Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga untuk Penyakit Degeneratif
Sari
ABSTRAK
Perubahan gaya hidup menyebabkan peningkatan angka kejadian penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai metode pengobatan dikembangkan untuk mengatasinya, termasuk penggunaan obat tradisional. Pemerintah Indonesia pun mulai menggalakkan program saintifikasi jamu untuk mendukung hal tersebut. Meningkatnya pemanfaatan lahan keluarga untuk menanam tanaman obat keluarga perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai bagaimana pemanfaatan tanaman obat keluarga untuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Untuk itu maka Tim Pengabdian Masyarakat FK UNJANI bermitra dengan pihak pimpinan kampus untuk melakukan edukasi dalam upaya pemanfaatan tanaman obat keluarga dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Sehubungan masih pandemi COVID-19 metode yang digunakan adalah webinar. Pada kegiatan ini juga peserta diberikan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan peserta webinar tentang obat herbal. Usia responden yang mengikuti kegiatan ini bervariasi, dengan rentang usia terbanyak pada usia 21-30 th (29,6%), diikuti dengan rentang usia 40-50 tahun (25,9%). Berdasarkan kuesioner yang diberikan, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengeluhkan adanya penyakit degeneratif (77,8%). Sebagian lainnya mengalami penyakit darah tinggi dan hiperkolesterolemia (7,4%). Peserta yang menyatakan pernah mengonsumsi obat herbal (59,3%). Obat herbal yang dikonsumsi diperoleh dari membeli obat herbal kemasan (52,9%), menanam sendiri (23,5%), mebeli bahan baku tanaman dan meracik sendiri, serta sebagian lagi biasa membeli jamu gendong. Pengonsumsian obat herbal sebagian besar tidak teratur (76,5%), 1-2x/minggu (11,8%) dan 1-2x/bulan (11,8%). Terlihat meskipun 81,5% peserta mengetahui bahwa lahan di rumah dapat dimanfaatkan untuk menanam TOGA, ternyata hanya 55,6% yang memanfaatkan lahan yang ada di rumah untuk penanaman TOGA.
Kata Kunci: Tanaman Obat Keluarga, Penyakit Degeneratif, Diabetes Mellitus
ABSTRACT
Lifestyle changes cause an increase in the incidence of degenerative diseases such as diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia throughout the world, including Indonesia. Various treatment methods were developed to overcome this, including the use of traditional medicine. The Indonesian government has also begun to promote a herbal medicine saintification program to support. One of the simplest things that is also encouraged is the use of family land to grow family medicinal plants in all homes. Unfortunately, this is not matched by increasing public knowledge about how to use family medicinal plants for disease prevention and treatment. The same thing was experienced by the teaching, educational and supporting staff in the General Achmad Yani University campus. The problems faced by these partners inspired the UNJANI FK Community Service Team to partner with the campus leadership to conduct education in an effort to use family medicinal plants in the prevention and treatment of diseases. Due to the COVID-19 pandemic, the method used is webinars. In this activity, participants were also given a questionnaire to determine the knowledge of the webinar participants about herbal medicine. The ages of respondents who took part in this activity varied, with the highest age range being 21-30 years old (29.6%), followed by 40-50 years old (25.9%). Based on the questionnaire given, it appears that most of the respondents did not complain of degenerative diseases (77.8%). Others had high blood pressure and hypercholesterolemia (7.4%). Participants who stated that they had used herbal medicine (59.3%). The herbal medicines consumed were obtained from buying packaged herbal medicines (52.9%), growing their own (23.5%), buying plant raw materials and making their own blends, and some used to buy jamu carrying. The consumption of herbal medicines was mostly irregular (76.5%), 1-2x/week (11.8%) and 1-2x/month (11.8%). It can be seen that although 81.5% of participants knew that land at home could be used to plant TOGA, it turned out that only 55.6% used land at home to plant TOGA.
Keywords: Family Medicinal Plants, Degenerative Diseases, Diabetes Mellitus
Kata Kunci
Teks Lengkap:
Download ArtikelReferensi
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2014). Obat herbal tradisional. Warta Ekspor, 005, 1–20.
Sutoyo. Keanekaragaman hayati Indonesia. (2010). Buana Sains, 10: 101-106.
Sari LK. (2006) Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3, 1-7.
KEMENKES (1995): Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 0584/Menkes/SK/VI/ 1995 Tentang Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional, Kemenkes.
Andrianti dan R.M Teguh, Wahjudi. (2016). Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu Sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat ekonomi rendah- menengah dan atas. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, (29)3.
World Health Organization. (1999). Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complication, Geneva, 1-65.
Ceriello, A. dan Motz, E. (2013) Arteriosclerosis, thrombosis, and vascular biology. Journal of The American Heart Association. 24, 816-823.
Evans, J., Goldfine, I., Maddux, B. dan Grodsky, G. (2003). Perspective in diabetes, are oxidative stess-activated signaling pathways mediators of insulin resistance and β-cells dysfunction? Journal of Diabetes, 52, 1-8.
Li, N., Frigerio, F. dan Maechler, P. (2008). The sensitivity of pancreatic β-cells to mitochondrial injuries triggered by lipotoxicity and oxidative stress. Journal of Biochemical Sensitivity Transaction, 36, 930-934.
Elfahmi, Woerdenbag, H. J., & Kayser, O. (2014). Jamu: Indonesian traditional herbal medicine towards rational phytopharmacological use. In Journal of Herbal Medicine. https://doi.org/10.1016/j.hermed.2014.01.002
DOI: https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i5.5713
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Disponsori oleh : Universitas Malahayati Lampung dan DPW PPNI Lampung
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.