Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Gampong Meunasah Intan Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar

Pasyamei Rumbune Kala, Yayu Anggriani, Putri Raisah, Hafni Zahara, Taufik Karma, Melsi Efrika, Wildan Seni, Lensoni Lensoni, Murni Murni

Sari


ABSTRACT

 

Stunting (short) is chronic malnutrition which is characterized by a difference in the height of children who are shorter compared to children his age, this is a failure in child growth that is a problem in the world. According to the World Health Organization (WHO) stunting is a nutritional status measured based on the PB/U or TB/U index where in anthropometric standards of child nutritional status assessment, the measurement results are at the threshold (Z-score) reaching less than -2 standard deviations <-2 elementary school to -3 elementary school (short/stunted) and <-3 SD (very short/ severely stunted). Riskesdas in 2018 showed improvements in nutritional status in toddlers in Indonesia, but for aceh area it is still ranked third largest in the category of proportion of nutritional status is very short and short. Factors that affect stunting incidence include BBLR, birth length, exclusive breastfeeding history, family income, education, number of family members, parenting patterns, incomplete immunization status, and family characteristics in the form of parental work, parental education and family economic status. Based on the preliminary study, researchers wanted to see an overview of the factors that can affect the incidence of stunting in Gampong Meunasah Intan Kuta Baro District, Aceh Besar Regency. Purpose to find out the picture of risk factors for stunting events in children aged 0-59 months in Gampong Meunasah Intan Kuta District Baro Aceh Besar Regency. This research is descriptive. The sample of this study is a total sampling of 29. Data collection uses questionnaires with interview techniques. Data analysis with univariate analysis. Result Of the 29 resporndens described that 58.6% were male toddlers, 62.1% were with low birth weight (< 2.5 kg), 31% were stunted, with 55.2% of mothers highly educated, 58.6% as housewives, while 58.6% of middle-educated fathers, 44.8% working self-employed, 65.5% of family income <2 million, 58.5% of highly knowledgeable mothers, 62.1% of toddlers' breast milk history is not exclusive and 69% of toddlers have a history of having ever suffered from ISPA disease. From the data above, it can be concluded that the risk factors for stunting are low birth weight, family income, exclusive breastfeeding history and history of ISPA disease in children aged 0-59 months in Gampong Meunasah Intan Kuta Baro District, Aceh Besar Regency. While variable gauges that cannot be used as a reference are the level of mother's work, father's education, and father's work.

 

Keyword: Stunting, Risk Factors For Stunting, Toddlers

ABSTRAK

 

Stunting (pendek) merupakan kurang gizi kronik yang ditandai dengan adanya perbedaan tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya, hal ini merupakan suatu kegagalan pada pertumbuhan anak yang menjadi masalah didunia. Menurut World Health Organization (WHO) stunting adalah status gizi yang diukur berdasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-score) mencapai kurang dari -2 standar deviasi <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted). Riskesdas tahun 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia, namun untuk daerah aceh masih menduduki peringkat ketiga terbesar dalam kategori proporsi status gizi sangat pendek dan pendek. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting diantaranya BBLR, panjang badan lahir, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga, pendidikan, jumlah anggota keluarga, Pola pengasuhan, status imunisasi yang tidak lengkap, dan karakteristik keluarga berupa pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut maka peneliti ingin melihat gambaran dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting di Gampong Meunasah Intan Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Tujuan Untuk mengetahui gambaran faktor resiko kejadian stunting pada anak usia 0-59 bulan di Gampong Meunasah Intan Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini adalah total sampling yaitu 29. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Analisis data dengan analisa univariat. Dari 29 respornden menggambarkan bahwa 58,6% dengan jenis kelamin balita laki-laki,  62,1% dengan Berat Badan lahir rendah, 31% yang mengalami stunting, dengan 55,2% ibu berpendidikan tinggi, 58,6% sebagai ibu rumah tangga, sedangkan 58,6% ayah berpendidikan menengah, 44,8% bekerja wiraswasta, 65,5% pendapatan keluarga <2 juta, 58,5% ibu berpengetahuan tinggi, 62,1% riwayat ASI balita tidak eksklusif dan 69% balita memiliki riwayat pernah menderita penyakit ISPA. Dari data diatas dapat disimpulkan bahya yang menjadi faktor resiko terjadinya stunting adalah berat badan lahir rendah, pendapatan keluarga, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit ISPA pada anak usia 0-59 bulan di Gampong Meunasah Intan Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan variable pengukur yang tidak dapat dijadikan sebagai acuan yaitu tingkat pekerjaan ibu, pendidikan ayah, dan pekerjaan ayah.

 

Kata Kunci: Stunting, Berat Badan Lahir, ASI Eksklusif, Penyakit ISPA.


Teks Lengkap:

Download Artikel

Referensi


Agustiningrum, T. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I.

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anggraeni dkk. (2020). Hubungan Berat Badan Lahir, Panjang Badan Lahir dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Stunting. The Indonesian Journal of Health Science, 12(1), 51-56.

Dalimunthe, S. M. (2015). Gambaran faktor-faktor kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010 (analisis data sekunder riskesdas 2010). UIN Syarif Hidayatullah Jakartal: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehata, 2015.

Desyanti C dan Nindya TS. (2017). Hubungan riwayat penyakit diare dan praktik hygiene dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Simolawang Surabaya. Amerta Nutrition, 1, 243-51.

Dwijayanti, L. A., Tangkas, N.M.K.S., Arlinayanti, K.D. . (2020). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sawan I, Kabupaten Buleleng Tahun 2020. Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION, , 5 (2), 380-389.

Effendi, S. U. d. K., N. (2020). Analisis Kejadian Stunting pada Balita Ditinjau dari Status Imunisasi Dasar Dan Riwayat Penyakit Infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, , 4 (2), 228-234.

Headey et al. (2018). Animal sourced foods and child stunting: Wiley Online Library.

Kemenkes. (2016). Situasi Balita Pendek.

Kemenkes. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta.

Leroy JF, H. J., de cossio TG, and Ruel MT. (2014). Maternal education mitigates the negative effects of higher income on the double burder of child stunting and maternal overweight in rural Mexico. The Jurnal of Nutrition, 5, 765-770.

Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan ibu, pola makan dan status gizi pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 6(2), 82-89.

Marlani et al. (2021). Gambaran Karakteristik Ibu yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Talang Banjar Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(3), 1370-1373.

Mentari, S., & Hermansyah, A. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK puskesmas Siantan Hulu. Pontianak Nutrition Journal (PNJ), 1(1), 1-5.

Nadiyah et al. (2014). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0—23 Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal gizi dan pangan, 9(2).

Nainggolan, B. G., Sitompul, M. (2019). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-3 Tahun. Nutrix, 3 (1), 36-41.

Ni’mah, K. a. N., S. R. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurgina. (2018). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24- 59 Bulan di Puskesmas Cibungbulang Kabupaten Bogor Tahun 2018.

Ramli, A., K. E., Inder, K. J., Bowe, S. J., Jacobs, J., & Dibley, M. J. . (2009). Prevalence and Risk Factors For Stunting and Severe Stunting Among Under-Fives In North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics, 9, 64.

Riskesdas, L. N. (2018). Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Jakarta.

Sari et al. (2018). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nangalo Kota Padang. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 1(1).

Setiawati dan Hidayanti, E. (2021). Hubungan Pemberian Asi Ekslusif Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Manuju: Malahayati Nursing Journal, 3 (3), 365-373.

Sumarni, S., Oktavianisya, N., Suprayitno, E. . (2020). Pemberian ASI Eksklusif Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Pulau Mandangin Kabupaten Sampang. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 5(1), 39-43.

Umboh, A. (2013). Berat Lahir Rendah Dan Tekanan Darah Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Wiyogowati, C. (2012). Kejadian Stunting Pada Anak Berumur Dibawah Lima Tahun (0 – 59 Tahun) di Provinsi Papua Barat Tahun 2010




DOI: https://doi.org/10.33024/mnj.v4i5.5957

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Penerbit: Universitas Malahayati


 Creative Commons License

Semua artikel dapat digunakan dibawah lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License