IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN STUNTING

Chika Apriana Widyaningsih* -  Program Pendidikan Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia
Didah Didah -  Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia
Puspa Sari -  Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia
Merry Wijaya -  Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia
Fedri R Rinawan -  Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Indonesia

Supp. File(s): common.other
IDENTIFICATION OF STUNTING FACTORS  Background: The problem of short children (stunting) is one of the problems that exist in the world today.  Stunting is a condition of failure to achieve physical development measured by height according to age. Stunting in children is caused by several factors consisting of both direct and indirect factors. In 2017 globally 22.2% of children under five experienced stunting. In 2018, in Indonesia 30.8%, West Java Province 29.2% and Sumedang Regency 41%.

Purpose Identifying factors for stunting in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency.

Methods: This research is a descriptive study (univariate analysis) with a cross-sectional approach. The population in this study included all mothers who had stunting children aged 24-59 months in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency. The method of sampling is total sampling with a total sample of 56 respondents. Variables in this study include history of birth weight, history of exclusive breastfeeding, maternal age, history of married mother's age, education, occupation, income and parity. Data collection tools used were stature meters, WHO Child Grow Standards and questionnaires. This study tries to find out information about the factors  that influence the incidence of stunting in children aged 24-59 months in Cijeruk Village Pamulihan District Sumedang Regency.

Results: there were 56 toddlers stunted based on the sex of 24 boys (42.8%) and 32 girls (57.2%), LBW of 32 toddlers (57.2%), not given exclusive breastfeeding as many as 48 toddlers (85.7%), working mothers as many as 6 people (10.7%), high school education mothers as many as 3 people (5.3%), mothers aged 20-35 years as many as 39 people (69.6%) , the age of the first married mother age ≤20 years were 44 people (78.7%), parity 1-2 were 41 people (73.2%) and the income of parents <Rp.2,500,000 were 56 people (100%).

Conclusion The most incidence of stunting in children under five in Cijeruk Village, Pamulihan District, Sumedang Regency was mostly due to the parent's income factorSuggestion The community, especially pregnant women and families with babies and children under 5 years of age, are advised to comply with and implement programs related to balanced nutrition by the government, regularly visit health services to get early detection of the health of themselves and their children and increase creativity in feeding their children. .

 

Keywords: Stunting, factors causing stunting.

 

ABSTRAK

 

Latar Belakang  : Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan yang ada di dunia saat ini. Stunting merupakan salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Stunting pada anak disebabkan oleh beberapa faktor yang terdiri dari faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Tahun 2017 secara global 22,2% balita mengalami stunting. Pada tahun 2018, di Indonesia sebesar 30,8%, Provinsi Jawa Barat 29,2% dan Kabupaten Sumedang sebesar 41%.

Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi faktor-faktor kejadian stunting di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (analisis univariat) dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini mencangkup seluruh ibu yang memiliki balita stunting dengan usia 24-59 bulan di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.Cara pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah sampel yaitu 56 responden.Variabel dalam penelitian ini meliputi riwayat berat badan lahir, riwayat pemberian ASI ekslusif, usia ibu, riwayat usia ibu menikah, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan paritas. Alat pengumpulan data berupa stature meter, WHO Child Grow Standards dan kuesioner. Penelitian ini mencoba menggali informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.

Hasil Penelitian : Didapatkan 56 balita mengalami stunting berdasarkan jenis kelamin laki-laki 24 balita (42,8%) dan perempuan sebanyak 32 balita (57,2%), BBLR sebanayak 32 balita (57,2%), tidak diberikan ASI Ekslusif sebanyak 48 balita (85,7%), ibu bekerja sebanyak 6 orang (10,7%), pendidikan ibu SMA sebanyak 3 orang (5,3%), usia ibu 20-35 tahun sebanyak 39 orang (69,6%), riwayat usia ibu menikah pertama ≤20 tahun sebanyak 44 orang (78,7%), paritas 1-2 sebanyak 41 orang (73,2%) dan pendapatan orangtua <Rp.2.500.000 sebanyak 56 orang (100%).

Simpulan : Kejadian stunting pada balita di Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang yang paling banyak dikarenakan faktor pendapatan orangtua. 

Saran : Masyarakat terutama ibu hamil dan keluarga yang memiliki bayi dan anak dibawah 5 tahun disarankan agar mematuhi dan melaksanakan program terkait dengan gizi seimbang oleh pemerintah, rutin berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk medapatkan deteksi dini tentang kesehatan diri dan anaknya serta menambah kreatifitas untuk pemberian konsumsi makan pada anaknya.

 

Kata Kunci : Stunting, faktor penyebab stunting.

 

 

Supplement Files

  1. Afifah (2011), Perkawinan dini dan dampak status gizi. Gizi Indonesia. 2011;34(2):11.
  2. Agustina (2015), Faktor-faktor resiko kejadian stunting pada balita (24-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang 2014. Universitas Sriwijaya
  3. Agustina (2015),Faktor-faktor resiko kejadian stunting pada balita (24-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang 2014. Universitas Sriwijaya;2015.
  4. Agustiningrum (2016), Hubungan antar usia ibu dengan kejadian balita kurang gizi di wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I.
  5. Anto dkk (2016), Pengaruh Konseling Memodifikasi Gaya Hidup Terhadap Pencegahan Obesitas Pada Remaja. Promot J Kesehat Masy. 2017;7(2):99–106.
  6. Aramico dkk (2016), Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di kecamatan lut tawar, kabupaten aceh tengah. J Gizi dan Diet Indones (Indonesian J Nutr Diet. 2016;1(3):121–30.
  7. Astari (2015), Hubungan Karakteristik Keluarga, Pola Pengasuhan, Dan Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan. Media gizi keluarga.
  8. Astuti (2016), Faktor yang mempengaruhi usia ibu dan psikologis ibu terhadap kejadian stunting di Sumatra Utara tahun 2016.
  9. Astuti dkk (2016), Hubungan Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Gizi Dengan Kejadian Balita Stunted di Desa Hargorejo Kulonprogo DIY. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
  10. Atmilati (2017), Hubungan usia ibu menikah dengan kejadian stunting di Kabupaten Temanggung tahun 2017.
  11. Cakrawati (2017), Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta
  12. Dalimunthe (2015), Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi NTB Tahun 2010.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  13. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang (2018), Profil Kesehatan Kabupaten Sumedang. Dinkes Kabupaten Sumedang: Kabupaten Sumedang.
  14. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2018), Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Dinkes Provinsi Jawa Barat: Jawa Barat.
  15. Eko (2018) Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Fakultas Kedokteran Unand.
  16. Kemenkes RI (2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Pusat Data dan Informasi:Jakarta.
  17. Leorenco dkk (2015), The relationship between socioeconomic development and malnutrition in children younger than 5 years in China during the period 1990 to 2010. Asia Pac J Clin Nutr. 2015;24(4):665–73.
  18. Lestari (2018), Faktor risiko stunting pada anak umur 6-24 bulan di kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh. J Gizi Indones (The Indones J Nutr. 2018;3(1):37–45.
  19. Mugianti dkk (2018), Faktor penyebab anak stunting usia 25-60 bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Balitar.Jurnal Ners dan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang (P-ISSN :2355-052X).
  20. Mugianto (2015),Hubungan status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Sosial Palembang 2014. Universitas Sriwijaya;2015.
  21. Ningrum dkk (2015), Hubungan antara status gizi stunting dan perkembangan balita usia 12-59 bulan. STIKes Harapan Bangsa Purwokerto.
  22. Notoatmodjo (2012), Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
  23. Oktarina (2013), Faktor Risiko Stunting Pada Balita (24-59 bulan) di Sumatera.Jurnal Gizi dan Pangan,Vol 8, No.3.
  24. Oktavi (2011), Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Baduta di Puskesmas Biaro Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Tahun 2011 (Skripsi). Depok: FKM UI.
  25. Oktavia (2011), Hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif terhadap balita stunting di Jakarta Pusat.
  26. Paramashanti dkk (2017) Pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan stunting pada anak usia 6–23 bulan di Indonesia. J Gizi dan Diet Indones (Indonesian) J Nutr Diet. 2016 Aug 29;3(3):162–74.
  27. Proverawati (2017), BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
  28. Rahayu A, Yulidasari F, Putri AO, Rahman F (2017), Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun.
  29. Ramli dkk (2017), Prevalence and Risk Factors For Stunting And Severe Stunting Among Under-Fives In North Maluku Province Of Indonesia. BMC Pediatrics 9: 64.
  30. Ricci JA (2015), Risk factors for wasting and stunting among children in Metro Cebu, Philippines.
  31. Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
  32. Sumedang BPSK (2019), Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Sumedang Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang; 2019.
  33. TNP2K (2017), 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Jakarta Pusat.
  34. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, 23 (2002).
  35. UNICEF (2016) Child marriage is a violation of human rights, but is all too common 2016.
  36. WonDiMAgegn ZTa. Magnitude and determinants of stunting among children in Africa: a systematic review. Curr Res Nutr Food Sci J. 2014;2(2):88–93.

Open Access Copyright (c) 2021 Jurnal Kebidanan Malahayati

Policies

Submissions

Other

Focus and Scope
Section Policies
Peer Review Process
Publication Frequency
Open Access Policy
Online Submissions
Author Guidelines
Copyright Notice
Privacy Statement
Author Fees
Journal Sponsorship
Journal History
Site Map
About this Publishing System
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati)