Pelatihan Pemandu Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Sutoman (Sustainable Tourism Mandalagiri) Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya

Chanty Yunie Hartiningrum, Adrian Wirahardi P, Alfi Reza Paflefi, Aziziyah Al Islami, Doni Suherman, Herdiana Herdiana, Lutfi Ahmad Fikri, Muhammad Zakaria, Miftahul Jannah, Nadia Hidayah, Nitamara Rolena, Rissa Fadilla Saputri, Rizki Padilah, Salman Fauzi, Sinta Dewi Agustina

Sari


ABSTRAK

 

Desa Mandalagiri amat unik dan beragam serta layak dikembangkan diantaranya wisata alam Curug Wallet, Curug Citereup, dan Sanghiang Hayang. Dan banyak keseniannya seperti kesenian lodong gejlig, reog, rumah pohon, dan rumah persinggahan yang lebih dikenal dengan sebutan home stay. Dan wisata lain seperti wisata sejarah dimana Desa Mandalagiri ini merupakan salah satu tempat yang dijadikan pendirian pos-pos pagar betis saat tentara dan masyarakat menghadapi kelompok DI/TII. Termasuk keberadaan makam Syekh Ngari, tokoh masyarakat yang menyebarkan agama islam diwilayah Desa mandalagiri beragam potensi wisata yang dimiliki akan di kembangkan untuk kemajuan desa dan meningkatkan kesjahteraan masyarakatg di kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya, Jawa Barat. Prospek industri pariwisata di Indonesia sangat besar mengingat kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar untuk Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (Ardhikrisna YB, 2016). Pemandu Wisata adalah sumber daya manusia yang berperan sebagai ujung tombak dalam kegiatan wisata. Oleh karena itu pemandu wisata harus memiliki kompetensi yang memandai untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya. Peningkatan kompentsi sumber daya manusia dapat dilakukan memelalui pelatihan kemanduan bagi pemandu wisata khususnya pemandu wisata Kawasan Desa Mandalagiri. Desa wisata sudah mampu mewarnai variasi destinasi yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata. Perkembangan industri pariwisata yang dalam hal ini adalah desa wisata mempunyai dampak bagi ekonomi suatu wilayah, antara lain peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan pemerintah desa, peningkatan permintaan produk lokal dan peningkatan fasilitas untuk masyarakat (Pangestuti, 2018).  Keselamatan kerja dalam suatu tempat mencangkup berbagai aspek yang berkaitan dengan aspek yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana dan prasarana produksi. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan pemandu wisata dalam memandu wisatawan yang berkunjung ke Desa Mandalagiri Kecematan Leuwisari Tasikmalaya Jawa Barat. Sasaran dari Kegiatan ini adalah  masyarakat ataupun tokoh pemuda yang mau dan ingin secara sukarela berpartisipasi untuk menjadi seorang pemandu wisata. Pendekatan yang dugunakan dalam kegiatan ini meliputi metode kualitatif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan pemandu wisata dalam memandu wisatawan yang berkunjung ke Desa Mandalagiri Kecematan Leuwisari Tasikmalaya Jawa Barat. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan observasi. Program-program yang telah dilakukan berupa sosialisasi pengembangan desa wisata yang meliputi sosialisasi mengenai maksud dan tujuan program yang akan dilaksanakan, Pemandu wisata, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan pelatihan pemandu wisata. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata memberikan implikasi terhadap ketahanan budaya wilayah berupa penguatan budaya khususnya panahan dan beberapa perubahan pada tata nilai sosial serta lingkungan. Kegiatan pelatihan pemandu wisata dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata sutoman (sustainable tourism mandalagiri) Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya tahun 2023 sosialisasi Pelatihan Pemandu wisata dan Pelatihan. Harapannya setelah mengikuti kegiatan tersebut masyarakat mendapat kemampuan berupa memahami tentang pemandu wisata.

 

Kata Kunci: Desa Mandalagiri, Desa Wisata, Pemberdayaan Masyarakat

 

 

ABSTRACT

 

Mandalagiri Village is very unique and diverse and worthy of development, including the natural attractions of Curug Wallet, Curug Citereup, and Sanghiang Hayang. And there are many arts such as lodong gejlig, reog, tree houses, and transit houses which are better known as home stays. And other tourism such as historical tourism where Mandalagiri Village was one of the places where posse posts were set up when the army and the community faced the DI/TII group. Including the existence of the grave of Sheikh Ngari, a community figure who spread Islam in the Mandalagiri Village area, the various tourism potentials will be developed for village progress and improving the welfare of the community in Leuwisari sub-district, Tasikmalaya, West Java.Tour guides are human resources who act as the spearhead in tourism activities. Therefore, tour guides must have competent competence to carry out their duties and obligations. Increasing human resource competency can be done through scouting training for tour guides, especially tour guides in the Mandalagiri Village Area. Work safety in a place covers various aspects related to aspects related to the condition and safety of production facilities and infrastructure. This activity aims to improve the understanding and skills of tour guides in guiding tourists visiting Mandalagiri Village, Leuwisari District, Tasikmalaya, West Java. The target of this activity is the community or youth leaders who are willing and wish to voluntarily participate in becoming a tour guide. Research Method: The approach used in this activity includes qualitative methods to improve the understanding and skills of tour guides in guiding tourists visiting Mandalagiri Village, Leuwisari District, Tasikmalaya, West Java. Data collection was obtained through interviews and observations. Results: The programs that have been carried out are in the form of outreach on the development of tourist villages which includes outreach regarding the aims and objectives of the program to be implemented, tour guides, occupational safety and health (K3), and tour guide training. Community empowerment through the development of tourist villages has implications for regional cultural resilience in the form of strengthening culture, especially archery and several changes to social and environmental values. Conclusion: Tour guide training activities and community empowerment through the development of the Sutoman tourist village (sustainable tourism Mandalagiri) Leuwisari sub-district, Tasikmalaya district, in 2023, socialization of tour guide training and training. The hope is that after participating in this activity, people will gain the ability to understand tour guides.

 

Keywords: Mandalagiri Village, Tourism Village, Community Empowerment


Kata Kunci


Kata kunci: Desa Mandalagiri, Desa Wisata, Pemberdayaan masyarakat

Teks Lengkap:

Download Artikel

Referensi


Adisasmita (2006) Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. yogyakarta.

Amelia, R. (2013) ‘Pengembangan atraksi wiata, Pantai nongsa sebagai Kawasan wisata Bahari dikota batam’.

Ardhikrisna YB (2016) ‘Analisis pengaruh pariwisata terhadap produk domestic regional bruto kabupaten/kota profinsi jawa timur 2011-2014’, jurnal ekonomi pembangunan, vol (14):6.

Bambang Sunaryo (2013) Kebijakan Pembangunan destinasi pariwisata konsep dan aplikasinya di Indonesia. yogyakarta: Grava Media.

Damanik J (2013) Pariwisata Indonesia Antara Peluang dan Tantangan. yogyakarta: Pustaka Belajar.

Desa mandalagiri (2021) Laporan Update Profil Desa Mandalagiri Tahun 2019 Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya.

Dewi, M. heny U. ;Chafid fandeli dan M.B. (2013) ‘Pengembangan desa wisata berbasis partisipasi Masyarakat lokal di desa wisata jatiluwih tambanan,bali’, Kawistra, 3, p. 2.

Diki Muhamad Rizki (2015) Pengembangan kapasitas ( Capacity Building) Kelembagaan daerha dalam meningkatkan kualitas pelayanan public diera revolusi industry 4.0. jawa barat.

Garraway, M. dan E.. (2008) ‘Fungi. Nutrition and Physiology. New York’, fungi.

Gumelar, S.S. (2014) ‘konsep pengembangan Kawasan agrowisata’.

Hadiwijoyo, S.S. (2012) Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis. Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). yogyakarta: Graha ilmu.

Nafah, H. K., & Purnaningrum, E. (2021) ‘Penggunaan Big Data Melalui Analisis Google Trends Untuk Mengetahui Perspektif Pariwisata Indonesia di Mata Dunia’, SNHRP, 3, pp. 430–436.

Pangestuti, F. dan (2018) ‘Dampak pengembangan kepariwisataan dalam menunjang keberlanjutan ekonomi dan sosial budaya lokal masyarakatitle’, Administrasi Bisnis, 49, pp. 41–50.

Prasiasa, D.P.. (2017) ‘Strategi pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat desa wisata timbrah kecamatan Karangasem kabupaten Karangasem’, pp. 103–126.

Ramdhani, H. (2013) ‘Hubungan environmental sustainability dan economical benefits pada aktivitas kukyaan dan arung jeram’.

Ross & Wall (1999) ‘Evaluating Ecotourisme: the Case of North. Sulawesi,Indonesia.’, Tourism Management, 20, pp. 123–132.

Sulistiyani (2004) No Title, Kemitraan dan Model-Model Pemberdyaan. Yogyakarta: Grava Media.




DOI: https://doi.org/10.33024/jkpm.v7i1.12838

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Disponsori oleh : Universitas Malahayati Lampung dan DPW PPNI Lampung


Creative Commons License
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.