KECEMASAN PADA WANITA YANG TELAT MENIKAH DALAM PERSPEKTIF PERSON CENTERED THERAPY

Renyep Proborini* -  Universitas Muhammadiyah Lampung, Indonesia
Gilang Sukma Lestari -  Universitas Muhammadiyah Lampung, Indonesia
Khairani Khairani -  Universitas Muhammadiyah Lampung, Indonesia

ANXIETY AMONG LATE MARRIED WOMEN IN PERSON CENTERED THERAPY PERSPECTIVE

This study aim to find data about anxiety among late married women. Discussion about this problem will be based on Person Centered Therapy form Carl R Rogers. The method used in this study was a qualitative method with case study approach. The subject of this study was three unmarried women, 28-30 years old, live in Bandar Lampung. Data obtained by interview and observation. To improve data credibility, interviews were also conducted on the third parties pf each subject. The result of this study shows that anxiety found in women who get married late is varied from low, mideum, and high. As adult women who already have self-concept, the subjects choose and realize a number of experiences that are in accordance with themselves. If it does not match, it will be ignored or changed. The self finally forms the ideal self and self concept. Self-confidence and independence help the subject to accept the reality of the problem. Unconsciousness of experiences that are seen, heard and felt, can reduce anxiety in one side, but increased anxiety on the other side, because it is contrary to the reality. 

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kecemasan yang dialami oleh wanita yang telat menikah. Pembahasan masalah ini akan dilandasi pendekatan teori Person Centered Therapy dari Carl R. Rogers. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah tiga orang wanita yang belum menikah, berusia 28-30 tahun yang tinggal di Bandarlampung. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Untuk lebih memperkuat kredibilitas data, maka dilakukan wawancara terhadap pihak ketiga dari masing-masing subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan karena telat menikah pada para subyek bervariasi dari level rendah, sedang dan tinggi. Sebagai wanita dewasa yang telah memiliki konsep diri, para subyek memilih dan menyadari  sejumlah pengalamannya yang sesuai dengan diri. Bila tak sesuai maka akan diabaikan atau diubah. Diri akhirnya membentuk konsep diri dan diri ideal. Kepercayaan diri dan kemandirian membantu subyek untuk dapat menerima kenyataan mengenai permasalahannya. Ketidaksadaran terhadap pengalaman yang dilihat, didengar dan dirasai, satu sisi dapat meredam kecemasan namun di sisi lain mendorong meningkatnya kecemasan karena bertentangan dengan realita yang ada.

Keywords : Kecemasan; Wanita telat menikah; Person Centered Therapy

  1. dhim, M. F., & Omar, N. (2014). Saatnya untuk menikah. Aras Mega.
  2. Agustian, Hesti., 2013, Gambaran Kehidupan Pasangan yang Menikah di Usia Muda di Kabupaten Dharmasraya, Jurnal Spektrum. PLS, Vol.1 no.1, April
  3. Anderson, H. (2001). Postmodern collaborative and person‐centred therapies: what would Carl Rogers say?. Journal of family therapy, 23(4), 339-360.
  4. Fadlyana., Eddy., Larasaty. Shinta., 2009, Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya, Jurnal Sari Pediatri, vol.11 no.2, Agustus
  5. Feist, J., Feist, GJ., Teori Kepribadian, edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika 2010
  6. Ma’arif. Fitria., 2018, Hubungan antara Tingkat Pengetahuan & Sosial Budaya dengan Sikap Remaja Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan, Jurnal Biometrika & Kependudukan, Vol.7, no.1, Juli.
  7. Kusdwiratri S. (2011). Psikologi Keluarga. Bandung: Alumni
  8. Santrock, John W., (2002). Life-span Development Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Open Access Copyright (c) 2019 JURNAL PSIKOLOGI MALAHAYATI